Masih di langit kota yang sama, kota Sukabumi
Berjalan berpuluh-puluh kilometer, hingga mentari begitu menyengat
Ku rogoh saku rok, hanya 10 ribu rupiah yang ku dapat dari berjualan koran hari ini
Haus, lesu, lelah, letih
tak karuan ku rasakan
Tak terasa, mentari mulai bersembunyi
Rupanya ia ingin bermain petak umpet denganku
Aku pula bersembunyi di gubuk sederhana di sebuah gang kecil dan kumuh
Bibirku yang mengering, mukaku yang kotor terlihat oleh bapak
Renta, berbaring di tempat tidur
Berselimut sarung koyak, yang juga dipakai sholat setiap saat
Bertahun-tahun, belum juga aku mengganti sarung bapak. Uangku tidak cukup
Hanya nelangsa yang kurasa, setiap kali teringat bapak setia dengan sarungnya
Hingga, tibaa...
Sarung itu menutupi bapak
Menjadi saksi hidup kepergian bapak
Maafkan anakmu, Pak