Nama KH. Ma'ruf Amin banyak menghias pemberitaan dalam beberapa hari terakhir. Pasalnya, dia adalah calon wakil presiden Joko Widodo yang sedang berkontestasi untuk Pemilu 2019. Terlepas dari posisinya sebagai cawapres, publik telah lama mengenal nama Ma'ruf Amin sebagai sosok ulama sepuh di Indonesia.
Sebelumnya, Kiai Ma'ruf saat ini tercatat menyandang dua jabatan penting. Pertama, Rais Am PBNU periode 2015-2020. Kedua, Ketua Umum MUI periode 2015-2020. Dua posisi puncak yang dijabat secara sekaligus ini jarang dimiliki banyak orang.
Kiai Ma'ruf adalah seorang ahli fikih yang terampil. Ia disebut sebagai ulama fikih yang disegani. Sebelum jadi Ketua Umum, di MUI Ma'ruf pernah menjadi Ketua Komisi Fatwa yang bertanggung jawab soal penerbitan fatwa MUI.
Jejak pendidikannya dimulai dari Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Dengan seluruh rekam jejaknya seperti itu, banyak ulama yang menganggumi sosok KH. Ma'ruf Amin. Katib Syuriah PBNU Asrorun Niam Sholeh menyebut Ma'ruf sebagai "Top of the top pimpinan Ulama Indonesia dan panutan mayoritas umat Islam Indonesia".
Pengakuan yang sama juga diberikan oleh Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MDHW), Hery Haryanto Azumi. Menurutnya, KH. Ma'ruf Amin adalah sosok yang cukup utuh sebagai ulama.
"Nama Kiai Ma'ruf saya pikir perlu dipertimbangkan secara serius dan matang. Beliau ini selain ulama, juga seorang teknokrat. Beliau ini ahli ekonomi Islam. Pandangan-pandangan beliau soal ekonomi kerakyatan juga sangat luar biasa. Kiai Ma'ruf menurut saya adalah ulama plus," terangnya.
Itu pula yang membuat Keluarga Gus Dur menjatuhkan pilihan politiknya pada sosok Kiai sepuh tersebut. Menurut Yenny, putri sulung Gus Dur, Ma'ruf Amin adalah seorang Kiai NU, ulama besar, ahli fiqih, punya kemampuan orator yang baik, dan beliau juga lama mengabdi di NU.
Pun diakui oleh Tuan Guru Bajang Zainul Majdi. Baginya, Mantan Ketua MUI itu adalah gurunya, karena itu dia akan tetap mengabdi dan berbakti kepadanya.
"KH. Ma'ruf Amin adalah guru saya. Ya kalau guru saya, (sebagai) murid pasti berbakti, berkhidmat pada gurunya," kata TGB saat ditanyai mengenai sosok Ma'ruf Amin.
Gelar ulama, kiai, ataupun ahli bukanlah produk institusi pendidikan tertentu. Dia lebih sebagai pengakuan dari ulama atau kiai lain. Lebih utamanya adalah pengakuan dari masyarakat atas kontribusi dan kiprahnya di bidang keagamaan.