Polemik mengenai pernyataan KH. Ma'ruf Amin soal 'buta' dan 'budek' terus berlarut. Isu ini menjadi bahan pembicaraan hangat di media sosial akhir-akhir ini dan menarik perdebatan yang panjang diantara warganet. Â
Bahkan, baru-baru ini, Kiai yang berasal dari Jakarta tersebut dilaporkan oleh pihak tertentu ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) karena dianggap telah melakukan penghinaan, penghasutan, dan  mengganggu ketertiban umum. Kesemuanya itu adalah pelanggaran dalam aturan Pemilu
Sebelumnya, KH. Ma'ruf Amin juga didemo oleh beberapa orang yang mengaku dari kelompok disabilitas. Mereka tak terima karena meraasa tersinggung dengan kata 'buta' dan 'budek' yang disampaikan oleh Ma'ruf Amin. Demo itu sendiri digelar di depan Kantor MUI pada Rabu (14/11) lalu.
Lantas, apa yang sebenarnya membuat pernyataan Mantan Ketua MUI itu menarik perhatian publik? Apakah benar pernyataan Ma'ruf Amin itu mengandung sebuah kesalahan? Atau, jangan-jangan pemahaman kita yang sebenarnya tak mengerti tentang makna dari sebuah teks bahasa?
Berawal dari Kampanye, Berakhir dengan Politisasi
Polemik di atas berawal dari sambutan yang diberikan oleh Kiai Ma'ruf dalam acara Deklarasi Barisan Nusantara di Jakarta, pada Sabtu, 10 November kemarin. Ketika itu Kiai Ma'ruf menyebut prestasi yang dilakukan pemerintahan Jokowi-JK itu seperti membangun infrastruktur pelabuhan, bandara, pendidikan, dan kesehatan itu sudah terlihat nyata. Namun banyak pihak yang menafikannya.
Kemudian, Ia mengandaikan mereka yang tak mau mengakui kemajuan pembangunan tersebut sebagai orang yang buta dan budek.
"Orang sehat bisa dapat melihat jelas prestasi yang ditorehkan oleh Pak Jokowi, kecuali orang budek saja tidak mau mendengar informasi dan kecuali orang buta saja tidak bisa melihat realitas kenyataan," sambungnya.
Pernyataan tersebut sontak memancing beragam reaksi dari masyarakat. Pro-kontra pun bermunculan di media sosial.
Tak begitu lama, kata buta dan budek itu pun 'digoreng' oleh beberapa pendukung Prabowo-Sandi untuk diarahkan kepada kaum disabilitas. Mereka mengaku prihatin seorang KH. Ma'ruf Amin dengan tega menyinggung fisik kaum disabilitas untuk kepentingan kampanye.
Hal itu dimulai dengan pernyataan Fadli Zon yang khawatir kata buta dan budeg menyinggung kaum difabel. Ia pun meminta cawapres sebelah tidak 'main fisik', artinya menyinggung kekurangan fisik orang lain.