Â
Di sebuah ruangan ber-AC duduklah lima orang peserta finalis guru inovatif kategori guru pamong. Tiga dewan juri pun duduk dengan jarak teratur. Beberapa kursi bagian belakang diisi oleh peserta dan pendukung yang juga sekaligus peserta pada kategori jambore yang lain. Suparmin duduk menunggu giliran dengan sabar. Karena penampilan diurutkan berdasarkan abjad pertama nama, jadilah Suparmin mendapat giliran kelima, buncit. Jam menunjukkan pukul 20.00 Wita. Salah seorang dewan juri segera memulai. Waktu malam yang tak biasa untuk presentasi kompetisi, tetapi antusiasme para finalis, termasuk Suparmin, tak surut sedikit pun. Guru dari SMAN 9 Gowa ini adalah salah seorang dari lima finalis yang terpilih dalam kategori guru pamong dalam ajang "Guru Inovatif." Tahap ini merupakan tahap ketiga dalam proses seleksi. Kini, Suparmin bersiap untuk berbagi praktik baik yang berjudul Kolaboratif, Kreatif, dan Reflektif: Rahasia Sukses Pendampingan Guru Pamong di depan tiga orang dewan juri.
Saat panitia memanggil namanya, Suparmin menarik napas dalam-dalam. Walau sudah agak lama berdiri, semangatnya tetap membara. Ia berdiri, merapikan baju batiknya, lalu berjalan mendekat meja presentasi. Lampu-lampu di ruangan bersinar cukup terang, menciptakan suasana formal dan serius. Namun, Suparmin tak merasa gentar. Ia ingat tujuan utamanya adalah untuk berbagi, bukan semata-mata memikirkan kemenangan.
"Asalamualaikum, yang terhormat dewan juri dan hadirin sekalian," sapanya sambil tersenyum. Suparmin memulai presentasinya dengan penuh percaya diri, setelah memperkenalkan diri, dia memperkenalkan konsep pendampingan yang kolaboratif, kreatif, dan reflektif. Ia menjelaskan bahwa sebagai guru pamong, ia lebih dari sekadar mentor dan fasilitator; ia berperan sebagai rekan kerja yang saling mendukung, menginspirasi, dan belajar bersama.
Dalam sepuluh menit waktu yang disiapkan, Suparmin berusaha menyoroti bagaimana ia merancang pendekatan pendampingan yang melibatkan kolaborasi erat dengan guru-guru muda. "Kami bekerja sama pada semua tahapan PPL. Mulai dari orientasi hingga refleksi. Menyusun rencana pembelajaran, mengevaluasi, bahkan saling bertukar metode. Hal ini mendorong kreativitas dan menciptakan suasana kerja yang lebih produktif," jelasnya sambil menampilkan beberapa hasil karya kolaboratif yang pernah mereka capai. Tahapan dalam PPL mendapat perhatian serius dan diurainya satu demi satu.
Sambil melihat sejenak ke arah penonton, Suparmin melanjutkan, "Di sisi lain, refleksi menjadi kunci untuk perkembangan berkelanjutan. Setelah setiap sesi pendampingan, saya selalu mengajak mereka untuk berdiskusi dan merefleksikan pengalaman mereka, mencari kelebihan dan kekurangan bersama. Mengelaborasi tantangan yang dihadapi lalu merumuskan rencana tindakan selanjutnya." Ia menyampaikan konsep refleksi ini dengan penuh semangat, meyakinkan para juri bahwa pendekatannya telah memberikan hasil yang nyata dalam meningkatkan kualitas mengajar para guru muda.
Begitu selesai, tepuk tangan terdengar dari tengah ruangan. Suparmin sedikit lega namun segera bersiap menghadapi sesi tanya jawab. Ia tahu bahwa ini adalah momen yang tak kalah pentingnya. Karena menjadi peserta kelima, pertanyaan disampaikan dari peserta keempat. Setelah sesi tersebut selesai, giliran para juri mengajukan pertanyaan. Suparmin menjawab dengan tenang dan jelas, memberikan contoh konkret dari pengalamannya. Semua ini sekadar pengakuan subjektif. Dia yakin, siapa lagi yang akan memuji jika dirinya saja tidak mampu memulainya. Tiga pertanyaan juri yang berbobot mulai dari relevansi praktik baik dengan topik yang dipilih, alasan kuat sehingga dewan juri akan memilih praktik baik sebagai juara, hingga alasan spesifik dari sisi kebaruan. Tiga pertanyaan ini dielaborasi dengan mengalir karena memang sesuai dengan pengalaman yang telah dilalui di lapangan.
Waktu terus berjalan hingga hampir pukul 22.00. Setelah giliran semua finalis selesai, dewan juri menyampaikan penguatan umum. Suparmin yakin bahwa ia telah memberikan yang terbaik. Sekarang, ia hanya bisa menunggu keputusan juri. Yang terpenting baginya adalah kesempatan untuk berbagi gagasan yang ia yakini sepenuh hati.
Sesi foto bersama menjadi tanda kegiatan gelar wicara usai. Setelah itu, kopi, teh, dan beberapa penganan di bagian belakang ruang siap untuk mendinginkan degup jantung. Dia segera mendekat. Mengambil gelas putih lalu mengisinya dengan kopi hingga setengah gelas. Pisang goreng menjadi santapan paling pas setelah sesi selesai.
Terima kasih, semoga menginspirasi.