Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mengenal Teks Editorial

28 September 2020   20:01 Diperbarui: 28 September 2020   20:34 5470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dokumen Pribadi

A. Pengertian

Sahabat pembaca, pernahkah kalian membaca koran? Hal-hal apa saja yang Anda baca pada koran tersebut? Apakah semuanya berita? Baiklah, jangan terlalu banyak bertanya. Jangan sampai pembaca kebingungan sebelum membaca. Sebelum menuliskan pengertian teks editorial,  mari kita membaca dulu, ya! Mari berkonsentrasi untuk membaca teks berikut!

Saatnya Negara Memaksa

PANDEMI covid-19 di negeri ini masih jauh dari selesai. Penyebaran virus mematikan itu justru semakin parah. Kematian yang diakibatkannya pun bertambah. Tak tanggungtanggung, sudah lebih dari 10 ribu anak bangsa meninggal lantaran terpapar korona. Jika dibandingkan dengan pasien sembuh yang mendekati 200 ribu dari total kasus positif lebih dari 260 ribu, angka kematian memang sedikit. Akan tetapi, jangankan 10 ribu, satu nyawa saja yang melayang terbilang banyak, sangat banyak. Terus bertambahnya jumlah korban adalah peringatan nyata, amat nyata, bahwa korona benar-benar telah menjelma menjadi malaikat pencabut nyawa. Ia tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, golongan, maupun kelas. Siapa pun dan di mana pun berisiko terpapar dan meninggal. Pada konteks itulah, untuk kesekian kalinya kita mengingatkan bahwa wabah korona adalah ancaman luar biasa. Ia tidak bisa dipandang remeh, tak dapat pula dihadapi dengan sikap abai dan bebal. Mau bukti apa lagi bahwa covid-19 memang sangat mengkhawatirkan jika penyebarannya begitu cepat dan terus meningkat dari hari ke hari? Perlu pembenaran apa lagi untuk mengatakan bahwa korona adalah musuh paling berbahaya saat ini jika liang lahad tiada henti digali? Tren peningkatan kasus positif di banyak daerah adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa korona masih terlalu kuat untuk dijinakkan. Saking cepatnya ia menular, rumah sakit dan fasilitas kesehatan mulai kewalahan. Demikian pula dengan tenaga kesehatan yang sudah lebih dari enam bulan berjibaku menangani pasien korona. Karena itu, melalui forum ini kita terus mengingatkan seluruh lapisan masyarakat untuk aktif ambil bagian dalam perang melawan korona. Caranya sangat sederhana, yakni patuh pada ketentuan-ketentuan protokol kesehatan. Mengenakan masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan mungkin terdengar membosankan. Akan tetapi, itulah jurus-jurus jitu untuk melindungi dari pukulan mematikan yang dilancarkan covid-19 selama vaksin dan obat masih dalam penantian. Menghindari kerumunan juga penting, sangat penting. Menghindari kerumunan sama saja menghindari bahaya, bahaya bagi diri sendiri maupun buat orang lain. Seperti jurusjurus sebelumnya, ia juga sangat mudah untuk dilakukan. Namun, hal-hal yang semestinya gampang itu ternyata sangat sulit bagi banyak orang. Tidak sedikit warga masyarakat yang masih abai mengenakan masker dan menjaga jarak saat beraktivitas. Tidak sedikit pula mereka yang bergabung dalam kerumunan, atau bahkan dengan sengaja membuat kerumunan. Apa yang dilakukan seorang pemimpin DPRD kota di Jawa Tengah baru-baru ini ialah contoh kebebalan di tengah pandemi. Sebagai pejabat, dia yang seharusnya menjadi teladan ketaatan terhadap protokol kesehatan justru menggelar konser musik dangdut untuk merayakan pernikahan dan khitanan anaknya yang disesaki ribuan orang. Ironisnya lagi, keramaian tanpa izin itu dibiarkan saja oleh aparat. Kita tidak tahu pasti kapan pandemi ini usai. Karena itu, untuk mencegah korona yang kian menggila, tiada cara lain kecuali memastikan protokol pencegahan dipatuhi oleh seluruh kalangan. Ketentuan-ketentuan dalam pembatasan sosial berskala besar alias PSBB atau apa pun bentuk kebijakan di tiap-tiap daerah jelas bukan untuk gagah-gagahan. Ia disusun untuk diterapkan, dan pemerintah diberi kekuasaan menegakkannya. Kita tidak bisa lagi membuang-buang waktu dengan menunggu kesadaran masyarakat untuk patuh pada protokol kesehatan. Saatnya negara memaksa mereka agar korona tak semakin merajalela. (Sumber)

Nah, setelah membaca teks tersebut, apakah kalian bisa menentukan jenis teks tersebut? Apakah teks tersebut termasuk teks editorial? Jika ya, apa alasannya? Jika bukan, pun silakan dijabarkan penyebabnya.

Selanjutnya, kalian dapat mengkaji secara mendalam tentang pengertian teks editorial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan, editorial adalah artikel dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan pendirian editor atau pemimpin surat kabar (majalah) tersebut mengenai beberapa pokok masalah. 

Teks editorial merupakan teks dalam suatu media massa yang menyatakan pandangan media yang bersangkutan terhadap suatu isu/permasalahan yang ada di masyarakat. Artinya, harus kalian pahami bahwa teks editorial itu berbeda dengan berita. Teks editorial merupakan tanggapan editor atau pemimpin sebuah media terhadap sesuatu. 

Biasanya, yang ditanggapi dalam teks editorial dalam koran adalah berita utama.  Berita utama tersebut ditanggapi oleh redaksi dengan memberikan pujian, sindiran, tanggapan, atau saran. Teks editorial biasanya akan muncul secara rutin di koran atau majalah. Bahkan, saat ini sudah ada media elektronik  yang juga menayangkan teks editorial secara rutin.

Teks editorial biasa juga disebut tajuk rencana. Tajuk rencana berisi tanggapan redaksi terhadap suatu hal yang sedang hangat diperbincangan di masyarakat. Tanggapan tersebut lebih berisi pendapat-pendapat, tetapi didasarkan pada data-data yang akurat sehingga pembaca bisa memahami terhadap apa yang dituliskan oleh redaktur. 

Menurut Dja'far H Assegaf dalam bukunya "Jurnalistik masa kini" yang dikutip dari Lyle Spencer dalam "editoril writing", tajuk rencana merupakan pernyataan mengenai fakta dan opini secara singkat, logis, menarik ditinjau dari segi penulisan dan bertujuan untuk memengaruhi pendapat atau memberikan interpretasi terhadap suatu berita yang menonjol sebegitu rupa sehingga bagi kebanyakan pembaca surat kabar akan menyimak pentingnya arti berita yang ditajukkan tadi (Dja'far H. Assegaff : 1991).

B. Ciri-ciri Teks Editorial

Setelah memahami pengertian, sekarang kita akan melanjutkan pembahasan mengenai ciri teks editorial. Agar tidak terlalu serius, yuk, siapkan camilan di sekitar Anda. Jika tidak ada, cukuplah segelas air putih agar perasaan tetap segar dan pikiran bisa memahami materi teks editorial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun