Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membayangkan Kenormalan Baru di Sekolah

4 Juni 2020   11:05 Diperbarui: 4 Juni 2020   11:08 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Megapolitan Kompas

Tanda-tanda pagebluk Covid-19 akan sirna masih belum membayang. Jangankan sirna, hidup berdampingan pun rasa-rasanya agak susah. Kasus demi kasus terus bermunculan setiap hari. Seluruh provinsi di Indonesia sudah menjadi wilayah pandemi.

Episentrum terbesar bergeser dari DKI Jakarta walau masih tetap di Pulau Jawa, Jawa Timur. Bahkan, saban hari menjelang Lebaran, angka positif hampir mencapai seribuan orang. Setelah itu, agak turun walau sifatnya fluktuatif.  Benar-benar kita tidak bisa membayangkan kapan pandemi ini akan berakhir.

Pemerintah pusat hingga daerah masih terus berjibaku mencari cara terbaik memutus penyebaran virus mematikan ini. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadi istilah populer belakangan ini. Setelah itu, sempat populer pula frasa "Indonesia terserah". Lalu, saat ini, istilah kenormalan baru atau  new normal tiba-tiba menjadi frasa yang banyak disebut.

Lengkap dengan penafsiran dan bagaimana langkah-langkah penerapan kenormalan baru tersebut. Beberapa fase penerapan bahkan disiapkan oleh pemerintah.

Fase awal lebih diutamakan pada sektor ekonomi. Pemerintah ingin memastikan roda ekonomi kembali berputar hingga keuangan negara dapat stabil seperti sedia kala.

Selain itu, dengan perputaran ekonomi, kehidupan masyarakat diharapkan kembali stabil.

Lalu, bagaimana dengan satuan pendidikan kita? Bagaimana kenormalan baru ini akan diterapkan dan berjalan di setiap satuan pendidikan.

Membayangkannya, terasa banyak kemungkinan. Rasanya, akan banyak perubahan dan praktik  positif berlaku di sekolah. Pun tidak menutup kemungkinan, cerita cerita/kejadian negatif akan banyak terjadi.

Membayangkan praktik positif

Bayangan pertama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun