Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pak Guru, Televisiku "Kesemutan"

13 April 2020   16:23 Diperbarui: 13 April 2020   16:28 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Jadwal Belajar di rumah untuk SMA (TVRI)

Hari ini, Senin (13/4/2020) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI bekerjasama dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI) memulai program pembelajaran yang dikenal dengan istilah #BelajardariRumah. Program tersebut dirancang setelah pemerintah menerapakan pembatasan sosial karena pandemi Covid-19. 

#BelajardariRumah (maksdunya belajar di rumah) yang diluncurkan oleh Kemendikbud merupakan alternatif pembelajaran selain proses pembelajaran di rumah yang selama ini sedang berlangsung, baik yang diinisiasi oleh sekolah maupun dinas pendidikan masing-masing daerah. 

Program ini direncanakan dilaksanakan selama tiga bulan ke depan atau hingga bulan Juli 2020. Nah, teman-teman, saya akan membagikan sedikit kisah bagaimana peserta didik kami mengikuti program pembelajaran dalam jaringan ini. Secara umum, kegiatan ini berlangsung dengan baik dan lancar. Lampu tidak padam, siaran tidak terputus-putus hingga kualitas video dan audio juga tidak diragukan.

Akan tetapi, ternyata ada-ada saja kisah yang terasa lucu. Dari komunikasi yang saya jalin dengan beberapa peserta didik melalui grup Whatsapp, mereka menikmati tayangan-tayangan tersebut dengan baik. Sekadar informasi, materi SMA hari ini menyangkut virus. Tayangan tersebut mengulas secaraa lengkap mengenai virus. Perbedaan antara virus dan bakteri. Virus-virus mematikan yang pernah ada di permukaan bumi. 

Hingga membahas apa itu imun dan bagaimana cara meningkatkan imun tubuh. Keren bukan. Ets, lalu apa yang lucu ya...sabar! Pelan-pelan saja kawan. Tulisan ini saya ketik sambil menanti secangkir kopi dengan penganan pisang peppe (pisang yang belum matang, dikupas, lalu digoreng kemudian ditumbuk hingga berbetuk pipih. Dimakan bersama sambal tomat dan terasi), khas Sulawesi Selatan yang sementara disiapkan oleh istri. Maknyus. Loh, kok lari ke sana ya....he..he...

Nah, kita kembali. Dari beberapa komunikasi dengan peserta didik, ada yang mengirim emoji menangis. Ketika teman-temannya bertanya alasan megapa dia mengirim emoji seperti itu? Jawabannya sederhana, siaran TVRI pada televisinya tidak terlihat dengan jelas alias "kesemutan". Gambarnya  tidak jernih dan suaranya pun tidak jelas. "Suaranya terputus-putus teman-teman." katanya sambil menambahkan emoji tertawa dan  menangis. Ada-ada saja.

Boleh jadi, peserta didik tersebut tidak pernah menonton program siaran TVRI di rumahnya. Atau boleh jadi, peserta didik tersebut tidak pernah menonton televisi. Mereka setiap harinya lebih asyik bermain dengan gawai masing-masing. He..he...

Sebagai penutup, karena kopi dan pisang peppe sudah terhidang di depan saya, mari kita mendukung kegiatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ini. Mendampingi anak-anak untuk tetap di rumah. Minimal, memastikan siaran TVRI tidak "kesemutan" di televisi kita-masing-masing.

 Salam hangat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun