Suparmin
Â
Sudah sepekan kita berada di bulan Syawal. Walau banyak keutamaan, seolah bulan ini dilakoni jauh berbeda dengan bulan sebelumnya, Ramadan. Kita sibuk memperbanyak amalan di bulan Ramadan. Itu tidak salah. Itu benar. Hanya saja, bulan Ramadan sebagai bulan tarbiyah mestinya memberi napas untuk melakoni kehidupan kita 11 bulan selanjutnya. Mari kita perhatikan. Masjid-masjid yang di bulan Ramadan begitu ramai, tiba-tiba kembali sepi di bulan Syawal. Kita tidak lagi menemukan tumpukan sandal yang bertukar di depan pintu masjid. Masjid-masjid yang menggunakan pendingin (AC) dinginnya begitu terasa karena kurangnya orang yang berada di dalam ruang tersebut.
Sadakah juga semakin tergeser. Di bulan ini, celengan-celengan terasa ringan kita geser di masjid. Di hari Jumat, protokol tidak lagi membaca urutan penyumbang yang kebanyakan "tanpa nama". Di mana kita? Di mana napas Ramadan kita? Bukankah agama islam mengajarkan bahwa ciri orang yang mendapatkan kebaikan di bulan Ramadan adalah orang yang mampu menuju ke kebaikan selanjutnya di luar Ramadan.
Para ustaz sibuk membahas keutamaan Ramadan. Ini benar. Tidak salah. Akan tetapi, sekali lagi, kebaikan yang nampak di bulan tersebut mestinya menjadi warna di bulan-bulan lainnya. Ataukah karena di bulan Ramadan setan-setan di rantai sehingga di bulan ini ketika rantai tersebut di lepas, dia memiliki kekuatan yang baru untuk menggoda kita. Jangan. Jangan ucapkan itu. Setan tidak boleh disalahkan. Setan telah tercipta dan terkutuk untuk itu. Cukuplah kutukan itu untuknya. Jangan sampai di akhirat nanti, setan pun membantah tentang penyalahan kita terhadap mereka. Bukankah di Alquran tertulis, janganlah engkau mencerca aku, tapi cercalah dirimu sendiri. Kata Setan.
"Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih." (Q.S. Ibrahim: 22)
Wahai Saudaraku, mari kita saling mengingatkan. Sesungguhnya kejahatan pun saling mengajak. Jika kita selalu mengatakan bahwa tidak usah mengurusi orang lain, urusi saja dirimu sendiri, yakinlah, suatu saat kejahatan akan menyelimuti kebaikan dan akhirnya kebaikan itu tenggelam di tengah-tengah kita. Salam.