Mohon tunggu...
Ammar MuhammadJundy
Ammar MuhammadJundy Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir. Mahasiswa yang memiliki minat dalam membaca dan menelaah buku, terutama yang berkaitan dengan keilmuan Al-Quran dan tafsir serta isu-isu kontemporer. Orang yang sedang berusaha untuk selalu belajar dan berkembang, baik di bidang akademik maupun non-akademik dan berharap dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk masyarakat luas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan Dalam Masyarakat Modern: Perspektif Qur'ani Dan Teladan Sahabiyah

18 September 2025   13:49 Diperbarui: 18 September 2025   13:49 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di era globalisasi, peran perempuan tidak lagi bisa dipandang sebelah mata. Perubahan sosial, politik, dan ekonomi menuntut keterlibatan aktif perempuan di ruang publik. Namun, diskursus kesetaraan gender masih sering menimbulkan perdebatan, terutama dalam masyarakat Muslim. Untuk itu, merujuk kepada Al-Qur'an, hadis, dan sejarah sahabiyah menjadi penting agar kita memahami posisi perempuan secara adil dan proporsional.

Al-Qur'an menegaskan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan spiritual. Dalam QS. An-Nisa': 124 Allah berfirman:

"Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun."

Menurut Ibnu Katsir, ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak membedakan pahala berdasarkan jenis kelamin, melainkan berdasarkan iman dan amal. Hal ini menjadi fondasi teologis bahwa perempuan memiliki peluang yang sama untuk meraih derajat tinggi di sisi Allah.

Selain itu, Al-Qur'an menghadirkan sosok Maryam sebagai simbol kesucian dan keteguhan iman. Firman Allah dalam QS. Maryam: 16--17 berbunyi:

*

"Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam kitab, ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Lalu ia memasang tabir dari mereka; kemudian Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menampakkan diri kepadanya dalam bentuk manusia yang sempurna."

Menurut Imam al-Qurthubi, ayat ini menunjukkan kehormatan Maryam yang menjaga kesucian diri, sehingga Allah memuliakannya dengan karunia istimewa. Kisah Maryam membuktikan bahwa perempuan memiliki peran monumental dalam sejarah spiritual umat manusia.

Tokoh lain adalah Asiyah, istri Fir'aun, yang disebut dalam QS. At-Tahrim: 11.

"Dan Allah membuat istri Fir'aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: 'Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.'"

imam At-Tabari dalam tafsirnya jami'ul bayan menjelaskan bahwa doa Asiyah menggambarkan keberanian perempuan beriman dalam menolak kekuasaan zalim. Ia menjadi teladan bagi siapa saja yang ingin menjaga iman meski berada dalam tekanan berat.

Kepemimpinan Ratu Balqis dalam QS. An-Naml: 32 juga menjadi bukti lain:

"Dia (Balqis) berkata: 'Wahai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku. Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir bersamaku.'"

Menurut Ibnu Katsir, ayat ini menggambarkan kearifan politik Balqis. Ia tidak hanya cerdas, tetapi juga demokratis dalam mengambil keputusan. Hal ini membuktikan bahwa kepemimpinan perempuan diakui dalam Al-Qur'an selama dijalani dengan kebijaksanaan.

Selain teladan dalam Al-Qur'an, sejarah sahabiyah juga memberikan inspirasi. Khadijah RA, istri Nabi , adalah pebisnis sukses yang dikenal jujur dan amanah. Rasulullah sering memuji dukungan Khadijah yang menopang dakwah Islam sejak awal. Riwayat ini memperlihatkan bahwa Islam sejak awal menghargai peran perempuan dalam ekonomi.

Aisyah RA, istri Nabi , dikenal sebagai ulama besar di kalangan sahabat. Ia meriwayatkan lebih dari 2000 hadis, menjadi rujukan dalam hukum, tafsir, dan fikih. Menurut Imam az-Zuhri, setengah ilmu agama di masa sahabat bisa dirujuk kepada Aisyah. Ini membuktikan bahwa perempuan memiliki kontribusi besar dalam bidang keilmuan.

Sahabiyah lain, Ummu Salamah RA, dikenal karena kecerdasannya dalam memberi masukan politik. Dalam peristiwa Hudaibiyah, ia memberikan saran bijak kepada Rasulullah yang kemudian menenangkan para sahabat. Peristiwa ini menegaskan bahwa pandangan perempuan memiliki nilai strategis dalam mengambil keputusan penting.

Rasulullah pun menegaskan kedudukan perempuan dalam hadis:

 

"Sesungguhnya perempuan adalah saudara kandung laki-laki." (HR. Abu Dawud, no. 236)

Hadis ini, menurut Syarh Sunan Abu Dawud, menandakan kesetaraan hukum antara laki-laki dan perempuan dalam banyak aspek ibadah dan muamalah.

Dari semua kisah Qur'ani, hadis, dan riwayat sahabiyah, kita melihat konsistensi Islam dalam menempatkan perempuan sebagai pilar penting peradaban. Mereka bukan hanya pengurus rumah tangga, melainkan juga pebisnis, pemimpin, ulama, dan penentu arah sejarah. Dengan demikian, dalam masyarakat modern, umat Islam seharusnya tidak terjebak dalam dua ekstrem: membatasi perempuan secara berlebihan atau memberi kebebasan tanpa arah. Sebaliknya, kita perlu menghidupkan spirit Qur'ani dan teladan sahabiyah, agar perempuan dapat berkontribusi aktif di era kontemporer tanpa kehilangan identitas spiritualnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an al-Karim.

Abu Dawud, Sulaiman ibn al-Ash'ath. (2009). Sunan Abi Dawud. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah.

Al-Qurthubi, Abu 'Abdullah Muhammad ibn Ahmad. (2006). Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah.

Al-Tabari, Abu Ja'far Muhammad ibn Jarir. (2001). Jami' al-Bayan fi Ta'wil al-Qur'an. Beirut: Dar al-Fikr.

Ibnu Katsir, Isma'il ibn Umar. (1999). Tafsir al-Qur'an al-'Azim. Riyadh: Darussalam.

Ibn Hajar al-'Asqalani. (2002). Al-Isabah fi Tamyiz al-Sahabah. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah.

Al-Nawawi, Yahya ibn Sharaf. (1997). Syarh Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya' al-Turath al-'Arabi.

Az-Zuhri, Muhammad ibn Muslim. (1998). Siyar A'lam al-Nubala'. Beirut: Mu'assasah al-Risalah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun