Mohon tunggu...
Ami Ulfiana
Ami Ulfiana Mohon Tunggu... Penulis - Gadis Pribumi

Untuk mereka yang menyimpan jiwanya rapat-rapat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pawon - "Jago Merah"

23 Januari 2021   19:28 Diperbarui: 23 Januari 2021   21:05 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anwar membuka kandang ayam, tangannya yang kurus dan hitam begitu cekatan mengeluarkan si jago merah nakal kesayangannya. Suara kokokan ayam di kandang-kandang sebelah mendadak riuh begitu si jago dikeluarkan. Sekumpulan ayam yang tengah menyantap dedak jagung itu seakan berdemonstrasi ingin dikeluarkan atau sekedar di elus tangan kurus majikannya.

"Piye Le, pengen dolan?" Tanya Anwar pada si jago. Persis seorang bapak bertanya pada anaknya yang baru belajar jalan.

Setelah dirasa cukup puas bertegur sapa, Anwar melepas si jago merah tanpa ada rasa takut jika selalu ada kemungkinan si jago tak akan pulang atau salah masuk kandang. Pria kecil ini sepertinya penganut paham apapun yang sudah dilepas jika memang takdirnya kembali tetap akan kembali.

Anwar bergegas masuk ke rumah begitu ingatannya pada sayur lodeh kembali. Benar saja, seluruh anggota keluarganya sudah berkumpul untuk segera berebut nasi dan kuah lodeh.

Biasanya saat makan seperti ini selalu menjadi ajang Maryam mengingat dua onggok laki-laki tak tahu diri. Hanafi, si anak pertama yang telah menikah dan menjalani hidup di pulau seberang. Dan suaminya yang minggat seperti belek di mata Anwar, bedanya ia tak pernah kembali setelah digondol janda kembang.

...

Langit sore ini merah merekah, persis motif jarik warisan simbah. Anwar yang baru selesai mandi dan siap berangkat ke surau, mondar mandir depan rumah. Menanti kepulangan si jago merah. Benar kata Maesaroh, si jago semakin nakal, binal tak terjarah.

Di surau kekhawatiran Anwar semakin menjadi. Ia semakin jengkel sewaktu Kyai Umar mengumumkan jika setor bacaan sore ini akan lebih banyak dari biasanya. Satu persatu anak di panggil, sampai pada giliran Anwar. Lima lembar sudah Anwar membaca Al Qur'an. Walau terbilang nakal, Anwar cukup pintar mengaji dan menguasai ilmu tajwid sesuai yang diajarkan.

Maghrib berkumandang, suara renta Mbah Marno menghiasi surau dan sekitar padukuhan. Anwar bertekad, selepas adzan dia akan meninggalkan surau, berharap si jago merah sudah nangkring di atas kandang.

Anwar berhasil meninggalkan surau tanpa sepengetahuan Kyai Umar. Pria kecil itu berlarian pulang. Sarung lusuh bekas Hanafi dikenakannya untuk menutupi kepala. Berharap tidak ada yang mengenalinya sepanjang jalan pulang. Termasuk ibu dan kedua kakaknya yang selalu jamaah di surau.

Anwar sudah berdiri di depan kandang ayam. Dilihatnya satu persatu. Ada yang sudah bersembunyi dibalik tubuh si induk yang gembrot, beberapa masih sibuk mengais sisa dedak jagung pada kotak bambu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun