Mohon tunggu...
amirullah suhada
amirullah suhada Mohon Tunggu... Administrasi - let's write!

make it easy. be happy.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tarawih di Sini Serasa di Masjid Nabawi

24 Juli 2012   19:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:40 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Damai benar shalat tarawih di Masjid Agung Sunda Kelapa. Seandainya bacaan Al-Qur’an di tiap-tiap rakaat diperpanjang, niscaya jamaah akan tetap betah. Saya haqqul yakin, tidak ada jamaah yang terkantuk-kantuk menyimak ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dilantunkan imam. Bacaannya fasih, suara merdu. Dengan tartil, irama lantunan ayat-ayat suci yang dibaca imam yang berasal dari Masjid Nabawi, Madinah, itu membuat kalam ilahi meresap ke dalam sanubari.

Pada Selasa (24/7) malam, atau malam kelima Ramadan 1433 H, saya berkesempatan tarawih di Masjid Sunda Kelapa. Ini bukan kali pertama saya tarawih di masjid yang terletak di kawasan elit Menteng dan bersebelahan dengan gedung Bappenas ini. Tahun-tahun sebelumnya, meski cuma beberapa kali, saya telah berkesempatan shalat di situ. Dari situlah saya tahu jamaah tarawih di sini kebanyakan berusia muda. Mayoritas 30-40 tahun. Dari tampilan fisik, mereka berasal dari kelas menengah, terdidik, dan punya gairah dalam beribadah.

“Bacaan Qur’an-nya enak, khusyu,” kata seorang Jamaah saat berbincang denganku. Bersama keluarga kecilnya, dia datang dari luar Menteng. Dan begitulah umumnya jamaah Masjid Sunda Kelapa: mereka adalah keluarga muda. Alunan Qur’an ini pula yang membuatku betah shalat di sini. Seperti ada rasa nikmat yang terputus saat imam mengakhiri bacaannya. “Ah, seandainya bisa lebih lama lagi,” kira-kira begitu batin bergumam.

Sepengetahuan saya, imam tarawih yang didatangkan dari Madinah ini baru dua tahun belakangan. Seiring itu pula, jumlah raka’at bertambah. Sebelumnya 11, kini 23. Karena saya mengamalkan yang 23, makanya dulu saya menambahkan rakaat tarawih di rumah. Itu kalau lagi rajin. Kalau lagi gak memungkinkan, ya cukup 11.

Meskipun di Masjid Sunda Kelapa sekarang sudah 23, tetap ada jamaah yang memilih selesai tarawih di rakaat ke delapaan. Setelah itu mereka pulang dan menambahkan witir tiga rakaat di rumah. Perbedaan ini harus dihormati. Itu hak setiap orang mau berapa rakaat shalat tarawih. Jangankan 11, orang yang nggak tarawih pun tetap kita hormati. Lha wong ini amalan sunnah. Hehe.

Tapi bagi saya, 23 rakaat shalat dipimpin imam seperti di Masjid Sunda Kelapa ini seperti kurang. Saya berangan-angan jumlah rakaat ditambah, misalnya jadi 39 rakaat seperti di Masjid Nabawi. Hehe. Itu khayalan saja kok. Saya juga belum tentu mampu sih J

“Memangnya boleh 39?”. Lho, kenapa gak boleh. Bahkan kalau sangguplebih dari itu silakan saja. Kalau bisa, jangan terus-terusan membatasi diri di 11 rakaat dong. Masak di bulan lain 11, di bulan Ramadhan juga 11. Padahal di bulan Ramadhan nilai kebaikan berlipat ganda. Hehe, sori, jangan ada yang tersinggung. Itu cuma pikiran nakal saya aja.

Meski di beberapa riwayat, Rasul SAW sholat malam 11 rakaat, bukan berarti jumlah lebih dari itu dilarang. Imam Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib tiap malam shalat seribu rakaat. Karena itu cucu Fathimah Az-Zahra putri Rasul SAW ini dijuluki As-Sajjad (orang yang banyak bersujud). Dia juga dijuluki sebagai Zainal Abidin (hiasan para hamba). Itulah kenapa beliau disebut Ali Zainal Abidin. Tentu saja kita yang orang awam ini nggak usah repot mengkalkulasi secara matematis apakah delapan jam di waktu malam memungkinkan orang sholat seribu rakaat.

Ma’rifat Imam Ali Zainal Abidin, dan para wali min auliyaillah, tentu berbeda dengan orang awam seperti kita. Jangankan seribu, 23 rakaat pun masih banyak yang emoh. Masih banyak diantara kita yang lebih memilih paket kortingan 11 rakaat (Ah, saya nakal lagi. Maaf).

Yowis, berapa pun Anda mau tarawih, entah dua, empat, 11, 23, atau berapa pun, selamat beribadah. Tapi, kalau Anda sholat di Masjid Sunda Kelapa dengan imam dari Madinah ini, dan Anda cuma ikut dua rakaat kemudian pulang, kayaknya keterlaluan. Hehe. Dengan bacaan yang sungguh indah dan menyentuh ini, minimal 11-lah. Kalau Anda mau mengamalkan fastabiqul khairoot, terlebih di bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan ini, silakan menyelesaikan sampai 23. Selebihnya terserah Anda. []

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun