Mohon tunggu...
AMIR EL HUDA
AMIR EL HUDA Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Laki-laki biasa (saja)

Media: 1. Email: bangamir685@gmail.com 2. Fb: Amir El Huda 3. Youtube: s https://www.youtube.com/channel/UCOtz3_2NuSgtcfAMuyyWmuA 4. Ig: @amirelhuda

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menolak Lupa: Ada Maaf, tapi Jangan Sampai Ada Celah untuk PKI Hidup Lagi

1 Oktober 2016   10:15 Diperbarui: 1 Oktober 2016   10:33 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejarah mencatat dengan tinta tebal ditambah garis bawah warna merah bahwa 30 September 1965 merupakan tsunami kematian dalam rentetan sejarah kelam perjalanan sebuah negeri bernama Indonesia. Banyak yang menganggap kalau merah putih tak akan lagi berkibar bebas sejak hari itu. Banyak yang pesimis jika burung garuda masih bisa terbang tinggi mengepakkan sayapnya di langit-langit nusantara. Ada juga yang menganggap bahwa simbol garuda akan diganti dengan simbol pipit saja. “la Lebay”, kata Sujiwo tejo. Tapi begitulah kenyataanya, tak ada yang tidak takut ketika segerombolan bandit melakukan makar dan kudeta dengan membawa panji kebanggaannya yang bersimbolkan arit dan palu saling bersilang. Mereka melakukan penyembelihan terhadap para santri, kiyai, agamawan, rakyat jelata dan siapapun yang menjaga NKRI dan menolak ideoli PKI. Tidak hanya mereka saja, jendral TNI pun dibantai oleh prajuritnya, mana adadalam sejarah militer Indonesia seorang prajurit dengan frontal dan terang-terangan melawan jendralnya ? bahkan biasanyabersin di depannyapun tak berani. Untung saja sila pertama pancasila gagal disembelihnya juga.

Mundur beberapa tahun kebelakang tahun itu,  tepanya di tahun 1948, PKI-pun sudah melakukan usaha pemberontakan yang sama. Daerah jawatimur terutama Madiun menjadi medan laga peperangan yang menakutkan. Manusia-manusia berpakaian warok Ponorogo dengan memegang revolver dan keleweng menembaki dan membantai siapapun yang berseberangan faham dengan PKI. Mayat seakan tidak ada harganya bergelimpangan dijalanan dengan darah yang mengalir, bendera merah putih dirobek dan diganti bendera arit tumpul dan palu  karatan. Mayat-mayat korban kebengisan dimasukkan ke dalam sumur-sumur pembantaian yang menyebar di beberapa wilayah madiun.

 Bukan di madiun saja, Cak Nun bercerita, mayat-mayat banyak yang dibuang melalui sungai Brantas, bukan hanya puluhan, bahkan ratusan. Mayat yang ditemukan banyak yang tidak utuh lagi, tangan-kaki-kuping sudah berpisah dari jasad, bahkan ada beberapa karung yang setelah dibuka ternyata berisi penis. Lebih sadis dari drakula yang hanya mau menghisap darah dari leher saja tanpa memotong penis korbannya, atau jangan-jangan organ-organ tubuh itu terpisah dari jasad sebelum ajal menjemput mereka. begitu juga gerakan PKI di Tegal yang menamai dirinya kelompok “kutil”. Mereka menyembelih para kiyai, santri, para pangreh praja, pemuka agama.

Setengah abad peristiwa pembantaian sudah berlalu. Peristiwa pembantaian di gedung aula pabrik gula madiun yang konon menghasilkan darah setinggi mata kaki orang dewasa menyisakan luka bagi mayoritas anak bangsa, apalagi anak keturunan para korbannya. Kebiadaban PKI di 1948 direunikan  kembali pada 1965 dengan membuka kembali jahitan luka lama. Ancaman komunisme yang didalangi PKI terus saja berlangsung hingga kini, namun ancaman itu seakan di biaskan, disemukan, dan ditiadakan. Pahadahal mereka akan terus mengintai dan mengancam keutuhan NKRI.

Katanya, gerakan sosialis akan hadir dimana rakyat bawah tertindas. Gerakan sosialis akan bergerak ketika ada upah buruh yang rendah dan dibawah kelayakan. Lalu buruh dikompori, dipanas-panasi untuk berdemo menuntut kenaikan upah. Upahpun dinaikkan dengan tidak wajar di sekitaran tahun 2012, 2013, 2014. Namun yang terjadi kemudian adalah pengusaha mengeluh tak mampu membayar upah buruh, PHK massal terjadi. Banjir pengangguran. Peralatan canggih mesinisasi mekanisasi didatangkanlah dengan biaya mahal dari negeri  cukong untuk menggantikan tenaga manusia. Buruh buntung dan cukong penjual mesin beruntung. Lalu secara halus tenaga manusia dari negeri cukong dimasukkan ke dalam negeri untuk mengganti kuota manusia Indonesia yang sudah diPHK sebelumnya. Banjir imigranpun terjadi. Baginilah salah satu proses halus masuknya kembali gerakan-gerakan komunis yang membawa dalih sosialis.

Perjalanan bangsa Indonesia sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945 memanglah membawa banyak cerita. Bukan hanya cerita cinta Soekarno dan Inggit saja, tapi juga peperangan antar saudara. Peperangan kita bukan hanya melawan kolonialis belanda, inggris, jepang dan penjjajah dari luar negeri saja; Berulang kali buku sejarah menuliskan peperangan antar anak negeri, anak bangsa; perang saudara. Banyak isu berhembus, mulut bercuap untuk rekonsiliasi, mencabut Tap MPRS XXV/1966 mengenai pelarangan ajaran komunisme di Indonesia yang berarti melegalkan kembali penyebaran paham komunisme. Bahkan ada yang berstan-up comedi meminta agar negara meminta maaf kepada keluarga korban PKI. Lucu. Logikanya, pihak korban diminta untuk memohon maaf kepada pelaku. Gundulmu kui .

Belajar juga dari sejarah negara lain, semua negara komunis di dunia ini pernah melakukan pembantaian kepada rakyatnya sendiri:

  • Lenin (1917-1923) membantai 500.000 rakyat Rusia
  • Stalin melakukan pembantaian lagi terhadap 40.000.000 nyawa (1925-1953)
  • Mao Tsetung (1974-1976) membantai 50.000.000 nyawa rakyat cina
  • Pol Pot (1975-1979) membantai 2.500.000 rakyat Kamboja
  • 1.000.000 rakyat Eropa Timur di Berbagai Negara dibantai Rejim Komunis setempat dibantu oleh Rusia Soviet (1950-1980)
  • 150.000 rakyat amerika Latin dibantai rejim Komunis di sana
  • 1.700.000   rakyat berbagai negara Afrika dibantai rejim komunis.

Jadi urungkan niatmu untuk mengeksiskan lagi PKI untuk mengisi kembali kusi perpolitikan Indonesia , apalagi menginginkan ideologi pancasila diganti dengan ideologi komunis.

Berat sekali memang untuk memaafkan kebiadaban masa lalu PKI. Ada yang bernafsu untuk juga menghukum anak cucu keturunan PKI dengan menyudutkan mereka, mengasingkan dari komunitas sosial, mewacanakan untuk melarang mereka bergabung dalam PNS, TNI/POLRI, padahal mereka tidak tahu menahu kejadian masa itu. Tapi saya yakin sekali, mayoritas anak bangsa dengan sangat legowo memaafkan anak cucu dan keturunan pelaku pembantaian yang tergabung dalam PKI.  Mereka tidak ikut campur dosa kakek-kakeknya, jadi jangan posisikan mereka sebagai penanggung jawab dosa mbah-mbahnya.Marilah sedikit meniru sifat Tuhan; meskipun Adam dan Hawa sudah berdosa melanggar pantangan memakan buah larangan hingga terusir dari sorga, namun Aku, Kamu, Dia, Mereka dan semua anak cucunya (adam) tidak dibebani dosa atas kelakuan Adam dan Hawa. “Semua manusia terlahir dalam keadaan suci” .

Pun potensi ancaman membangkitkan lagi ajaran PKI tidak hanya datang dari anak cucu PKI itu sendiri, bahkan juga dari kalangan rakyat biasa, bahkan mahasiswa, TNI juga POLRI, bisa jadi juga dari pejabat dan pemerintah di negeri ini. jangan beri kesempatan PKI untuk hidup lagi. Tetap waspada, jangan percaya kalau mereka (pegiat PKI) tidak ada keinginan untuk bisa eksisdan Narsislagi. Ngapusi !!!. Para pegiat PKI, Mereka akan terus berjuang supaya ideologi PKI bisa hidup lagi, dengan cara apapun. Kasihan para pengagum dan pegiat ajaran ataupun ideologi PKI dari kalangan terpelajar dan akademisi, tampaknya harus banyak baca buku sejarah dan bersilaturahmi ke rumah para tetua dan pelaku sejarah yg masih ada (hidup). Ajaran Muhammad, Yesus, Budha, Confusius lebih mengagumkan dan layak diikuti ketimbang ajaran komunis...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun