Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan ala Pak Ribut

14 Juni 2022   20:38 Diperbarui: 14 Juni 2022   20:46 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belakangan ramai di media sosial pembicaran tentang seorang guru SD bernama Ribut. Pak Ribut benar-benar telah membuat ribut dunia pendikan di Indonesia khususmya Jawa Timur. Ada apa dengan Pak Ribut? Siapa dia? Pemberitaan Pak Ribut menjadi viral disebabkan aktivitasnya di media sosial, memberikan pembelajaran tentang kaum Sodom. Penjelasannya yang singkat itu dianggap sangat vulgar untuk siswa-siswi SD. Materi tentang kaum Sodom dianggap tak pantas menjadi pembicaraan dengan anak usia SD dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas 2.

Nama lengkapnya Ribut Santoso, guru honorer di SDN Pagowan 01 Kecamatan Pasrujambe Kebupaten Lumajang. Pak Ribut telah menjadi guru honor selama 19 tahun. Di SDN Pagowan 01, yang bersangkutan telah bertugas sebagai guru tidak tetap selama 15 tahun. Tujuh bulan belakangan guru berpenampilan nyentrik tersebut aktif di media sosial seperti YouTube dan TIK TOK, menyampaikan konten-konten tentang pembelajaran yang dilakukannya di sekolah.

Seperti pengakuannya di beberapa media sosial  juga TV nasional, sebetulnya Pak Ribut bukanlah guru PAI. Saat itu Pak Ribut sedang menggantikan teman sejawatnya. Sang guru PAI sedang cuti melahirkan. Kemudian pembicaraan tentang kaum Sodom muncul di sela-sela pembahasan soal-soal Penilaian Tengah Semester (PTS). Berawal dari pembacaan soal, nabi Luth as diutus oleh Allah untuk kaum...? Salah satu siswi bernama April menjawab, kaum Sodom. Dialog pun menjadi berkembang prihal siapa kaum Sodom itu?

Konten Pak Ribut di media sosial menjadi viral. Pro kontra bermunculan. Bagi yang kontra pembahasan materi tentang kaum Sodom untuk peserta didik sekolah dasar tersebut dinilai tak pantas. Belum saatnya, sebab mereka terlalu dini guna membincangkan, memahami soal penyimpangan seks semisal homoseksualiatas. Bagi mereka cara, waktu dan metode penyampaian lebih penting dinbanding materi yang akan disampaikan ke siswa. Sebab dengan cara yang salah atau metode yang tidak tepat materi pembelajaran bisa saja tak dapat disampaikan sesuai tujuan pembelajaran. Lebih berbahaya lagi jika peserta didik salah dalam memahami.

Sebaliknya, bagi mereka yang pro beranggapan bahwa pendidikan tentang seks itu sangat penting. Sepantasnya disampaikan lebih awal, jangan sampai anak-anak mengetahui dari pihak yang tidak bertanggungjawab. Jangan sampai mereka memahaminya dari pergaulan bebas di tengah masyarakat. Terlebih sekarang perkembangan sosial anak sangat cepat seiring dengan kecepatan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sekarang media sosial bisa mengantarkan anak ke banyak hal. Ini yang menjadi kekhawatiran bersama. Menjawab persoalan seperti itu pendidikan seks dinilai penting sekali.

Pendidikan seks adalah kegiatan untuk mengajarkan mengenai kesehatan reproduksi. Tujuan kegiatan tak lain adalah untuk menyadarkan pentingnya kesehatan reproduksi sehingga tindakan pelecehan seksual maupun penyakit menular dapat dicegah.

Kapan pendidikan seks itu dilakukan? Para ahli pendidikan menyarankan sedini mungkin, sesuai keadaan dan kebutuhan tentunya. Pengertian "sedini mungkin" bukan berarti dapat diseragamkan pada usia tertentu. Hal tersebut sangat relatif. Orang tua dan guru sepatutnya mengetahui kebutuhan dan keadaan anak-anaknya termasuk kapan saat yang tepat menyampaikan pendidikan seks? Memperoleh pendidikan seks sejak dini itu menjadi penting guna mencegah berkembangnya pikiran-pikiran negatif pada anak karena dorongan rasa ingin tau mereka, terutama bila sang anak sudah mengenal informasi dari media seperti TV, internet, buku, majalah dan lainnya.

Dalam kurikulum SD khususnya mata pelajaran PAI sebenarnya tak ada pembahasan khusus soal pendidikan seks apalagi tentang penyimpangan seperti homoseksualitas. Apa yang dilakukan oleh Pak Ribut sebenarnya pengembangan dari soal terkait materi sejarah keteladanan nabi Luth as. Titik penting pada materi tersebut sejatinya tentang kedisiplinan yang diteladani dari kisah nabi Luth as. Sebagai guru kelas pastinya Pak Ribut tidak mengetahui materi apa yang sesungguhnya dipelajari dari kisah keteladanan nabi Luth as. Maka tak heran jika materi bergeser lebih luas, melebar.

Sebenarnya penyusun kurikulum menyadari bahwa usia siswa kelas dua SD belum sepantasnya diberikan materi terkait penyimpangan seks semisal homoseksualitas. Jika diteliti lebih jauh, materi PAI di SD jangankan soal pendidikan seks tentang pernikahan juga tidak ada. Pembahasan seputar ibadah haji yang merupakan salah satu rukun Islam saja belum disampaikan. Hal ini menjadi bukti bahwa materi pelajaran itu disampaikan sesuai perkembangan peserta didik. Kemudian pendidikan seks dipandang belum saatnya disampaikan pada peserta didik kelas dua SD. Dalam pelajaran lain memang ada pembahasan tentang reproduksi tapi disampaikannya pada kelas 5.

 Sekarang apa Pak Ribut salah? Tidak juga. Sebab yang bersangkutan menjelaskan lebih jauh tentang kaum Sodom disebabkan pertanyaan yang muncul secara spontan dari siswa, bahkan salah satu siswa bernama April terlihat sedikit memahami dan mengerti. Sehingga bisa saja Pak Ribut meyakini bahwa materi itu sudah tepat jika disampaikan. Hanya menjadi persoalan pembelajaran itu dijadikan konten di media sosial sehingga mendapat respon beragam. Tak sedikit yang kontra.

 Mengambil hikmah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun