Pengelolaan atau manajemen keuangan keluarga seringkali diidentikkan dengan kalangan ekonomi menengah ke atas. Hal ini dikarenakan kalangan tersebut memiliki relatif banyak harta atau uang, baik dari pengahasilan pekerjaan, investasi, ataupun aset-aset. Padahal kalangan ekonomi bawah, ekonomi sulit atau keluarga miskin juga perlu melaksanakan manajemen keuangan yang baik. Justru dengan harta dan uang yang minim atau terbatas, manajemen keuangan yang baik sangat diperlukan agar kehidupan tidak makin menjadi sulit.
Peran Serta Anggota Keluarga
Dalam pengelolaan keuangan keluarga agar melibatkan peran serta seluruh anggota keluarga. Dengan melibatkan keluarga maka setiap anggota keluarga akan mengetahui kemampuan keuangan yang ada. Hal ini akan membuat mereka berpikir dan ingin berperan agar tidak memberatkan keuangan keluarga, membantu berhemat hingga memberikan masukan dan jalan keluar untuk mengatasi kesulitan keuangan keluarga.
Jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang
Sesuaikan pengeluaran keluarga dengan kemampuan penghasilan. Jangan sampai pengeluaran malah lebih tinggi dari penghasilan atau dalam peribahasa dikatakan sebagai “Lebih besar pasak daripada tiang”. Kalangan yang mampu pun bisa menjadi menderita bahkan bangkrut bila melakukannya, apalagi yang miskin. Catat semua kebutuhan dalam periode penghasilan misalnya mingguan atau bulanan. Patokan utamanya jangan sampai pengeluaran melebihi penghasilan.
Utamakan kebutuhan pokok
Semua hal bisa jadi dibutuhkan bahkan dianggap kebutuhan pokok, terutama bila memperturutkan hawa nafsu. Kebutuhan pokok yang dimaksud adalah untuk konsumsi utama sehari-hari. Setiap menerima pengahasilan segera belanjakan untuk kebutuhan pokok keluarga sehari-hari yang mencukupi sampai tanggal gajian berikutnya. Kebutuhan pokok tersebut seperti makanan pokok (misalnya beras), gas, alokasi pembelian air, pembayaran listrik, dan bila masih mengontrak rumah maka hal ini adalah yang paling utama.
Utamakan pendidikan anak
Pendidikan yang baik adalah salah satu jalan keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu walaupun miskin, jangan abaikan pendidikan anak. Usahakan memberikan yang terbaik sesuai kemampuan untuk pendidikan anak. Bila ternyata mendapat bantuan pendidikan seperti Kartu Jakarta Pintar, beasiswa dan sejenisnya, maka bukan berarti tidak perlu lagi menyisihkan uang untuk keperluan pendidikan anak. Tetap alokasilkan untuk keperluan pendidikan meskipun lebih sedikit dari yang seharusnya. Hal ini untuk memberi dukungan lebih kepada anak sehingga dapat lebih semangat dalam bersekolah. Misalnya untuk membelikan buku tambahan ataupun hadiah saat sang anak menunjukkan usaha dan prestasinya.
Berhemat
Karena kemampuan keuangan yang terbatas, maka berhemat adalah kewajiban. Berhemat dilakukan dalam segala hal. Pikirkan segala sesuatunya dengan matang biar tidak terjadi kemubaziran. Ilustrasinya mungkin seperti yang pernah dilakukan Ibu saat saya SD. Ibu membuat telur dadar yang dicampur terigu dan dibuat agak besar lalu dipotong sama besar sesuai jumlah anggota keluarga. Walaupun sedikit, semua kebagian protein setiap hari. Hal ini juga membuat anggota keluarga menjadi berlatih bersabar, merasa cukup dengan apa yang ada.