Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Minoritas Merayakan Kemenangan di Papua

30 Mei 2019   20:30 Diperbarui: 30 Mei 2019   20:42 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernah Sholat Id di tempat yang indah ini. (Sumber: akun instagram @papskojek)

Ramadhan dan Idul Fitri yang paling berkesan bagi saya adalah saat beberapa tahun tinggal di Papua, tepatnya Kota Jayapura. Untuk pertama kalinya selama hidup, saya merasakan suasana kehidupan sebagai minoritas. Sebagaimana diketahui bersama, Papua adalah wilayah di NKRI yang mayoritas pendudukanya beragama Kristen. Termasuk di Kota Jayapura.

Awalnya ada rasa was-was, deg-deg-kan, khawatir dan sebagainya. Perasaan itu muncul karena memang jauh sebelumnya saya termasuk orang yang beragama dalam kategori radikal dan intoleran saat menjadi mayoritas. Saya mendukung kegiatan sweeping warung makan yang buka saat bulan puasa hingga perusakan tempat-tempat yang dianggap melakukan maksiat di bulan puasa.

Rasa-rasa was-was merasakan kehidupan sebagai minoritas, perlahan membuka kesadaran saya. Adalah tidak nyaman dan tidak bebas jika sebagai minoritas kita selalu dirundung kekhawatiran bahkan ketakutan. Bodohnya saya saat itu, ketakutan saya sama bisa dikatakan tidak terbukti atau tidak terjadi.

Warga Jayapura yang beragama Kristen tak menganggap ada yang aneh dengan orang-orang yang beragama Islam di sekitarnya. Juga tidak merasa risih ataupun mengganggu apalagi rusuh terkait kegiatan keagamaan umat Islam. Padahal saya waktu mayoritas, merasa bete jika melihat ada yang menggunakan kalung salib secara vulgar. Juga merasa kesal jika mendengar lagu-lagu gereja yang disenandungkan.

Setiap tiba waktu subuh, saya aman berjalan ke Musholla yang berjarak beberapa ratus meter dan melakukan adzan dari Musholla di dekat tempat tinggal. Adzan menggunakan speaker luar yang bisa terdengar hingga cukup jauh. Tentu saja, volumenya tidak sekeras yang biasa saya rasakan atau lakukan di daerah mayoritas Muslim. Namun jika menggunakan standard saya waktu masih berpikiran bigot, sudah cukup menjadi alasan untuk kesal dan makin membenci yang berbeda agama.

Merasakan menjadi minoritas dengan aman, nyaman dan tenang dalam beribadah, telah menampar pikiran saya. Dulu saya merasa sah-sah saja dan tidak merasa bersalah telah bersikap arogan sebagai mayoritas kepada minoritas. Walaupun tidak melakukannya secara langsung, namun mendukung tindakan yang membuat minoritas menjadi terbatas dalam menjalankan ajaran agamanya. Misalnya tidak boleh beribadah di rumahnya sendiri ataupun pelarangan pembangunan rumah ibadah.

Dan pengalaman spiritual luar biasa saya alami saat merayakan Hari Idul Fitri ataupun Idul Adha di Kota Jayapura. Pagi hari umat Islam keluar rumah menuju tempat sholat Id dengan penuh semangat dan kekhusukan. Di jalanan bertemu dengan warga yang beragama Kristen saling bertukar senyum dan bersalaman.

Saya pernah Sholat Id di Stadion Mandala Jayapura yang merupakan markas Persipura, klub terbesar yang merupakan kebanggaan masyarakat Papua. Semua berjalan lancar dan aman. Juga pernah sholat Id di halaman Kantor Gubernur di Jayapura yang letaknya berada dipinggir pantai. Pengalaman yang indah dalam merayakan hari yang indah bagi umat Islam. Juga berjalan lancar dan aman, tanpa gangguan apapun.

Saat sudah tidak tinggal lagi di Papua, saya tetap membawa pelajaran berharga agar selalu bersikap dewasa sebagai mayoritas. Jangan mentang-mentang, lalu mempersulit ataupun membuat tidak nyaman umat beragama lain yang minoritas. Bila ada potensi ketegangan, maka seharusnya bisa dibicarakan dengan kepala dingin dan dari hati ke hati untuk mencari penyelesaian yang sama-sama membahagiakan dan melegakan.

Semua rakyat Indonesia, Warga Negara Republik Indonesia adalah bersaudara dalam kemanusiaan. Meskipun memiliki banyak perbedaan termasuk perbedaan agama dan kepercayaan. Tidak ada yang berada diatas lainnya, semuanya sama manusia ciptaan Tuhan yang karena kehendaknya diciptakan dengan segala perbedaan.

Kita Indonesia, Kita Pancasila, Kita hidup dalam harmoni Bhinneka Tunggal Ika. Mari jaga bersama-sama. Jangan sampai diadu domba oleh siapapun dengan alasan atau pembenaran apapun.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun