Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akibat Sering Mengkafirkan di Medsos

8 Maret 2019   10:06 Diperbarui: 8 Maret 2019   10:36 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari seekershub.org

Seorang teman dekat beragama lain (X), curhat terkait ketakutannya pada kenalan di lingkungan pergaulan yang hobi mengkafir-kafirkan di medsos. Temannya itu (sebut saja Q) hobi membuat status ataupun share informasi yang mengkafirkan pihak lain. Pada yang seagama tapi beda pilihan politik atau pendapat saja bisa dikafirkannya begitu sengit. Pada yang berbeda agama yang tidak sehaluan, kafir-kafirannya makin dahsyat.  

Uniknya, meskipun di medsos sering mengkafirkan, tapi di dunia nyata si Q tetap biasa saja seolah tak terjadi apa-apa. Q tetap bergaul dan berinteraksi dengan yang berbeda agama.

Entah Q sadar ataukah tidak, jika medsosnya juga dibaca oleh kenalannya yang berbeda agama (X). X merasa khawatir jika berinteraksi dengan Q. Takut ada yang salah omong atau salah sikap yang bisa ditafsirkan ke arah perbedaan agama.

Bila si Q datang ke rumah X untuk urusan tertentu, X tidak berani menyajikan makan minum buatannya sendiri (misal membuat kopi, teh, kue buatan sendiri), ataupun menggunakan alat makan minum seperti gelas, piring, sendok-garpu. X khawatir dicurigai jika makanan-minuman buatannya (termasuk alat makan minum) dianggap tidak halal, haram bahkan najis.

Jadi bila Q datang ke rumahnya, X selalu menyajikan makanan dan minuman yg dibeli dari warung, yg tidak perlu menggunakan alat makan minum. Yang disajikan adalah minuman dan makanan dalam kemasan, tinggal dibuka lalu disantap dengan tangan masing-masing.

Beda halnya jika yang datang bukan orang seperti Q. X biasanya membuatkan teh atau kopi panas ataupun minuman lainnya dalam cangkir atau gelas untuk tamu. Juga tak lupa menyajikan kue-kue atau hidangan buatannya sendiri. Tentu saja X sangat paham bahwa teman yg berbeda agama pantang terhadap makanan tertentu sehingga tidak akan memberikan ataupun menghidangkan yg demikian.

Pihak Q yang sering mengkafirkan pihak lain di medsos, berakibat kurang baik pada X secara psikologis. X menjadi merasa khawatir bahkan mungkin ketakutan pada Q dan orang-orang seperti Q.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun