Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Sekilas tentang Yield (Bunga) Obligasi

2 Februari 2019   19:44 Diperbarui: 3 Februari 2019   23:39 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pasar Modal (Foto: Kompas/Iwan Setiyawan)

Sebenarnya tidak banyak yang tahu ataupun yang peduli dengan bunga (yield) obligasi kecuali ekonom, akademisi, investor, dan profesional di bidang keuangan. Akan tetapi sekarang ini yield obligasi seolah jadi pembahasan penting di masyarakat khususnya perbincangan di media social, layaknya membicarakan sembako.

Sayangnya banyak orang awam yang jadi merasa ahli atau merasa paham terkait bunga obligasi. Mereka Ikut-ikutan menyebarkan hoaks terkait obligasi pemerintah, yang tentu saja disertai dengan aneka caci maki hingga-tuduhan-tuduhan lain yang tak berdasar. Apalagi mereka sangat meyakini pendapat yang dibagikan tersebut berasal dari orang yang ahli, kompeten, berpendidikan sangat tinggi, dan yang paling penting karena sehaluan dalam aspirasi politik.

Awalnya, ramai informasi tentang yield obligasi pemerintah yang dinilai terlalu tinggi yaitu 11 persen-an. Tak pelak informasi ini digunakan untuk mencaci maki, mendiskreditkan dan menyalahkan pemerintah saat ini. Begitu ketahuan bahwa obligasi tersebut diterbitkan di jaman Pemerintah yang lalu, apakah yield obligasi tersebut terus dipermasalahkan? Ternyata tidak!

Justru mereka masih terus mencari-cari kesalahan terkait obligasi yang diterbitkan di masa pemerintahaan saat ini, meskipun yieldnya jauh di bawah 11 persen. Tinggal dibandingkan dengan obligasi negara Vietnam yang bunganya lebih rendah agar terkesan keren.

Mengapa Negara Vietnam perbandingannya? Mengapa tidak dibandingkan dengan Negara lain semisal Turki yang yield obligasinya mencapai 14,65%? Apalagi jika yang dibahas adalah obligasi Internasional yang dipasarkan secara global, tentu saja persaingannya secara global juga.

Obligasi Indonesia bersaing dengan obligasi Vietnam, bersaing dengan Turki, bersaing dengan Yunani, bersaing dengan Malaysia dan sebagainya. Tinggal keputusan investor internasional yang menentukan hendak membeli obligasi yang mana sesuai pertimbangan dan perhitungan yang matang.

Kalau asal membandingkan, saya pun juga gampang saja asal comot data. Seperti data obligasi yang disajikan dalam gambar! Yield obligasi Indonesia terlihat lebih kecil dari Vietnam.

Obligasi Internasional Indonesia dan Vietnam yang diperdagangkan saat ini. Sumber: tradingeconomics.com
Obligasi Internasional Indonesia dan Vietnam yang diperdagangkan saat ini. Sumber: tradingeconomics.com
Bagi yang belum atau tidak paham, maka bias jadi akan langsung saja percaya dan menyebarkan informasi tersebut sesuai kepentingannya. Tapi bagi yang paham, tentu tidak semudah itu Ferguso! Ada beberapa informasi yang perlu diketahui untuk memahami perbandingan obligasi antara Indonesia dan Vietnam tersebut.

Sekadar informasi awal saja, bahwa penentuan dan penetapan yield obligasi itu tidak dilakukan semaunya sendiri. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan dengan matang, juga ada itung-itungannya secara khusus. Indikator ekonomi lokal dan global juga sangat diperhatikan.

Memang bisa saja jika mau asal-asalan menentukan sih yield obligasi. Misalnya menetapkan yield yang sama tingginya dengan negara Turki sebesar 14,65%. Tapi para investor internasional belum tentu mau membelinya.

Secara umum, obligasi suatu Negara terbagi atas dua jenis yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun