Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Serangga di Makananku

11 Januari 2019   17:05 Diperbarui: 11 Januari 2019   17:33 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari yang lalu saya bersama rekan-rekan santap bersama di sebuah rumah makan. Suasana rumah makan ramai dengan pengunjung. Semua tempat duduk telah terisi. Setelah menunggu beberapa waktu, makanan pesanan kami pun datang. Tanpa dikomando, semua pun larut dalam kenikmatan makanan yang masih panas dan ngebul.

Saya sendiri memesan capcay seafood. Paduan sayur-sayuran dan seafood menari-nari di lidah lalu membuncah aroma dan aneka rasa kenikmatan. Di tengah suasana hati yang bahagia menikmati makanan yang lezat, saya merasa menggigit sesuatu yang rasanya tidak enak dan baunya familiar. Waktu seakan berhenti, saya terdiam beberapa saat.

Saya sangat yakin telah menggigit seekor serangga Kepi (stink bug), serangga kecil yang mengeluarkan bau tidak sedap. Bila disentuh maka baunya akan menempel. Dan Kepi itu sekarang ada di mulut saya. Entah bagaimana caranya, Kepi itu ada di makanan yang saya santap.  

Saya pun marah, teriak-teriak, memanggil pelayan rumah makan dan manajernya. Saya komplain dengan nada suara tinggi. Di hadapan mereka, saya keluarkan Kepi dari dalam mulut yang tergigit tadi di selembar tisu. "Anda tahu bagaimana rasanya itu Kepi di mulut saya? Mau coba?" Sambil saya dekatkan Kepi mati itu ke wajah sang manajer dan pelayan. "Saya tidak mau tahu, saya minta ganti rugi atau saya lapor polisi".

Manajer nampak cemas, sambil memperhatikan para pengunjung rumah makan yang melihat kea rah kami. Semuanya berhenti makan, tampaknya mereka kuatir ada Kepi dalam makanan yang sedang disantap. Beberapa pengunjung mulai berdiri, dan ada yang langsung meninggalkan rumah makan meninggalkan makanan yang belum habis, tanpa membayar. Pelayan dan koki terlihat pucat. Entah sudah berapa banyak kata maaf diucapkan kepada saya. Saya benar-benar panas. Suasana rumah makan pun menjadi panas.

"Kok diam aja? Kenapa makanannya? Gak enak? Kepedesan?" Seorang teman membuyarkan lamunan saya. Saya langsung mengambil tisu, melepeh makanan di mulut yang sudah bercampur daging Kepi yang beraroma dan berasa sangat tidak enak. "Gak apa-apa. Saya ke toilet dulu ya." Jawab saya dan segera jalan cepat ke toilet.

Di toilet saya kumur-kumur membersihkan mulut. Entah sudah berapa kali saya kumur-kumur, namun tetap saja masih terasa aroma Kepi menari-nari. Setelah dirasa cukup, saya pun kembali. Teman-teman masih asyik menyantap makanan dengan lahap. Pengunjung lainnya juga tetap sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang sedang bersantap, ada yang sedang mengobrol menunggu pesanan, dan ada juga sedang memesan kepada pelayan.

Saya menenangkan diri dan minum air putih. Dilanjutkan dengan minum Jus Alpukat yang baru saja datang. Setelah itu saya lanjutkan menyantap Capcay agar tidak mubazir. Tak perlu saya ributkan permasalahan ini. Anggap saja sebagai sedikit kepahitan romantika dalam hidup. Tak perlu diblow-up menjadi drama yang membuat heboh dan mengganggu banyak pihak.

Saya makan lebih berhati-hati. Seksama memperhatikan apa yang ada di piring dan sendok sebelum memasukkannya ke mulut. Alhamdulillah sampai sendok terakhir, tidak ada Kepi lagi yang masuk ke mulut.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun