Mohon tunggu...
Amiroh Untsal Asad
Amiroh Untsal Asad Mohon Tunggu... Freelancer - Bebaskan dan abadikan pemikiranmu dalam tulisan!

Saya adalah mahasiswa psikologi Universitas Airlangga yang menjadikan Kompasiana sebagai platform untuk menuliskan pemikiran saya seputar politik, sosial, dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bukankah Lebih Baik Bahas Second Wave Aja Daripada Bahas RUU HIP yang Menuai Kontra?

25 Juni 2020   15:01 Diperbarui: 25 Juni 2020   15:30 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pelajar yang saat ini sedang menjalani masa diem-diem bae di rumah, apalagi penilaian akhir tahun telah rampung digarap, dan terima rapot online telah usai terlaksana, suasana gabut (gaji buta) pasti sedang seringnya meradang, menyerang, dan menyerbu jutaan pelajar di Indonesia setiap hari.

Tidak luput dari sekedar menikmati hobi di rumah, jalan-jalan di sekitar kompleks (tetap berpegang teguh pada protokol kesehatan dong), dan juga berkencan dengan gadget pastinya, para pelajar sedang mencari-cari alternatif penghilang kejenuhan ini.

Pastinya juga, karena kebanyakan mantengin gadget melulu, para pelajar-termasuk saya, tidak mau ketinggalan informasi, apalagi yang tengah viral baru-baru ini, ya meskipun masih sih,

"Masih apa?"

"Ya kebanyakan masih soal-menyoal seputar pandemi."

Namun, baru-baru ini ada salah satu berita yang tengah banyak menuai kontroversi yang sangat menarik perhatian saya, apalagi kaca mata saya sebagai pelajar. Apa hayo?

Jeng, jeng.... 

Berita tentang RUU HIP dong!

Mengapa tidak? Berita ini begitu menarik, apalagi setelah mendengar beritanya, saya tidak kaget sekali kalau akhirnya banyak yang menolak dan menggugat. Lha, wong saya yang pelajar SMA ini saja kontra dengan pertimbangan keterbatasan pedagogi yang katanya saya miliki, apalagi jika dicocokkan dengan mata pelajaran PPKN yang sudah saya makan sejak kelas satu SD silam.

Lho, kok berani-beraninya saya mau komentar!

Hehe, saya kan ingin mengungkapkan pendapat dan pandangan saya, wahai bapak-ibu yang katanya lebih berpengalaman. Lagian saya juga ingin mengomentari fenomena ini juga, "ageisme". Di mana pelajar-pelajar (baca : seluruh anak Indonesia), kebanyakan acuh tak acuh terhadap persoalan yang terjadi, termasuk enggan berpikir kritis terhadap banyak hal, salah satu pemicunya adalah ageisme ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun