Mohon tunggu...
Amiroh Untsal Asad
Amiroh Untsal Asad Mohon Tunggu... Freelancer - Bebaskan dan abadikan pemikiranmu dalam tulisan!

Saya adalah mahasiswa psikologi Universitas Airlangga yang menjadikan Kompasiana sebagai platform untuk menuliskan pemikiran saya seputar politik, sosial, dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah PAT Tahun Ini Justru Bentuk dari Pembodohan Pendidikan?

18 Juni 2020   15:16 Diperbarui: 19 Juni 2020   19:25 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama sekali ya lebih banyak diam di rumah, kawan!

Terhitung sejak kedatangan virus COVID-19, segala aktivitas kita menjelma bentuk yang berbeda, dengan rasa, maupun suasana yang berbeda pula.

Berkaca kepada saya yang masih seorang pelajar di salah satu sekolah menengah atas, banyak hal baru kemudian menjadi habit yang biasa saya lakukan. Ya, gegara kegiatan sekolah sehari-hari yang tiba-tiba hilang dan memanifestasikan diri dalam rumah saya sendiri-katanya, membuat saya harus survive dan improve by myself. Mulai dari belajar materi pelajaran sendiri dengan berbekal buku pegangan sekolah, penjelasan singkat di grup whatsapp, serta deretan aplikasi top seperti youtube, google classrom, dan moodle, seorang siswa seperti saya harus tetap kokoh menjalani bagian dari edukasi-memakan bangku sekolah-di rumah. 

Dengan segala hal yang telah terlewati oleh para pelajar di seluruh Indonesia-termasuk saya, kami ternyata harus tetap menjalani Penilaian Akhir Tahun (PAT).

Memang, secara jujur langsung terlintas di benak saya, "What! Orang saya (baca : sebagian besar pelajar) tidak mengerti secara menyeluruh pelajaran-pelajaran itu, apalagi tidak mendapatkan penjelasan secara gamblang dan memuaskan dari bapak-ibu guru, apalagi waktu ulangan online juga mencontek (saya yakin sebagian besar juga begitu, tapi tetap jangan dicontoh!), tugas-tugas juga hasil salinan, apakah masih cocok saya mengikuti ujian akhir ini?", sekilas begitulah isi nurani saya saat pertama mendengar kabar PAT tersebut. 

Dan bagaimana respon teman- teman saya? Sama saja. 

Lantas, saya di sini seringkali memikirkan tentang esensi dari pendidikan dan ujian akhir atau PAT tersebut.

Selama menjalani PAT saja, bisa dibayangakan bagaimana pelajar bisa dengan leluasa melihat buku, searching di google, atau bekerja sama dengan orang lain. Apalagi dengan anak SD!, saya bahkan banyak menjumpai banyak sekolah dasar atau yang setingkat menyuruh para siswanya membawa pulang naskah soal. So, sebenarnya apa dong fungsinya?

Jika dilihat secara ekonomi saja, ketimbang menghabiskan dana untuk mencetak naskah soal, mungkin alokasi dananya bisa dialihkan untuk hal yang lebih bermanfaat. Lha, daripada sama saja tidak membuat para siswanya melatih kemampuan dan keterampilan mereka, bukan? Toh, juga memboroskan biaya, bukankah juga lebih bermanfaat jika alokasi dana pendidikan senilai 20% dari APBN itu benar-benar untuk mencerdaskan bangsa-membuat mereka menjadi SDM yang berkualitas lahir dan batin?

Jadi, terkait fungsi yang saya singgung tadi, apakah hanya untuk formalitas belaka? Atau lebih tepatnya bagi sekolah untuk mengisi-seadanya-untuk terlihat lebih edukatif melakukan kegiatan-kegiatan tersebut?

Oke, memang saya hanya seorang pelajar yang sering mempertanyakan, dikatakan sok tahu atau apa terserah, yang jelas di sini saya hanya ingin mengungkapkan pendapat saya, karena saya sendiri memang belum bisa berkontribusi apapun, tetapi saya berharap tulisan ini mungkin bisa menambah khazanah berpikir seseorang-atau mendorong yang lain untuk bertindak dan berpikir ulang-terutama untuk diri saya pribadi. Karena saya juga melihat banyak sekali pelajar yang malah tidak peduli dan bersikap b-aja, padahal menurut saya juga sangat perlu untuk dikritisi hingga saya sangat berniat sekali menulis di platform ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun