Mohon tunggu...
Amir Mahmud
Amir Mahmud Mohon Tunggu... Administrasi - Hitam manis

Menulis melatih emajinasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tsunami dan Kearifan Lokal

30 September 2018   15:34 Diperbarui: 1 Oktober 2018   10:18 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Kota Palu Pasca Tsunami (sumber.tribunews.com)

Indonesia kembali berduka, belum selesai penanganan gempa Lombok Nusa Tenggara Barat pada hari Jumat pukul 17.10 wib kembali terjadi gempa di Sulawesi Tengah dengan 7,7 SR (Pemerintah telah merilis yang terbaru magnitudo 7,4 SR). Akibat gempa dahsyat tersebut memicu timbulnya tsunami yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda.

Berdasarkan rilis terbaru Jumlah korban tewas saat ini  384 jiwa. Jenazah tersebar disejumlah rumah sakit di Palu. Sementara jumlah korban hilang 29 orang dan korban luka  berat 540 0rang.

"Jumlah korban meninggal dunia dan luka berat diperkirakan akan terus bertambah dan Tim SAR bersama Pemerintah dan seluruh elemen masyrakat saat ini sedang melakukan pencaharian dan evakuasi di daerah yang terdampak bencana .

Bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah ini kembali mengingatkan kita akan bencana yang terjadi sebelumnya di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, gempa 9,3 SR dan disusul Tsunami meluluh lantakkan Aceh dan menelan ratusan ribu korban jiwa (sampai saat ini belum ada data konkrit jumlah korban jiwa pada gempa/tsunami Aceh).

Kearifan Lokal

Bencana gempa/tsunami Aceh seharusnya memberikan pelajaran yang berharga bagi kita untuk selalu waspada. 

Seharusnya jumlah korban jiwa akibat  tsunami di Sulawesi Tengah dapat ditekan sekecil mungkin dengan pengalaman-pengalaman dan kearifan lokal masyarakat dalam menghadapi bencana.

Pemerintah, Palang Merah Indonesia, LSM dan NGO dari luar negeri pasca tsunami Aceh telah berulang kali memberikan sosialisasi, pelatihan dan simulasi bencana khususnya gempa/tsunami.

Bencana khususnya gempa memang tidak dapat diperkirakan dan diprediksi akan terjadi dan bagaimana menghindari gempa, akan tetapi untuk meminimalisir korban jiwa yang timbul akibat Gempa dan khususnya tsunami harusnya bisa dilakukan .

Secara Infrastruktur mitigasi bencana tsunami Indonesia memang belum secanggih  Jepang dengan bangunan anti gempa dan membangun tembok-tembok penahan tsunami di sepanjang pantai untuk menghindari korban jiwa dan harta benda.

Akan tetapi kearifan lokal terutama di Daerah Kabupaten Simeulue Aceh dengan budaya Smong (air laut naik).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun