Mohon tunggu...
Johan Lamidin
Johan Lamidin Mohon Tunggu... Freelancer - Aktivis dan Jurnalis Freelance asal Pattani, Thailand

Aktivis dan Jurnalis Freelance asal Pattani, Thailand

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Afghanistan, Negara Perang dan Buku

7 April 2018   04:58 Diperbarui: 7 April 2018   05:40 1382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Afghanistan sedang membaca puisi di sebuah toko di Kabul. Fenomena peningkatan minat baca buku bisa menjadi cara terbaik dalam situasi konflik perang sipil saat ini. (The New York Times/Mauricio Lima)

Kabul merupakan ibu kota Afghanistan, memiliki tingkat pertumbuhan populasi yang sangat cepat. Dan sekarang ada lebih dari 5 juta orang dan 22 penerbit lainnya tersebar di seluruh provinsi. Bahkan di daerah yang terkena situasi perang.

Sebelumnya, Dampak dari perubutan kuasa oleh Taliban dari tahun 1996-2001, hanya tersisa dua penerbit yang masih hidup.

Kendati demikian, krisis Pencetakan mulai sangat murah dan pembajakan yang mahal yang terjadi, semua dikendalikan oleh pemerintah diktator.

Seperti krisis produksi tanaman pangan, sereal dan buah-buahan di negara ini, pemerintah Afghanistan yang baru harus membangun misi besar semula untuk menciptakan sistem pendidikan yang selama dekade menimpa perang sipil dan lima tahun perubutan kuasa dari Taliban.

Lima tahun dibawah pemerintah Taliban, pemerintahnya menutup sekolah dan menghancurkan buku-buku bahasa asing, jutaan buku pelajaran dan buku sekolah yang cetak di negara semua menjadi abu.

Dalam proses rekonstruksi, pemerintah baru harus menandatangani kontrak dengan beberapa penerbit lokal utama.

Demikian Buku pelajaran telah menjadi langkah awal dalam proses restorasi di industri percetakan. Penerbit tersebut harus segera mencetak buku sekolah. Kemudian kelompok penerbit lain akan mulai menerjemahkan teks-teks Barat ke dalam bahasa Pachtu atau Bahasa resmi Afghanistan

"Mereka tertarik untuk mengetahui dan berkeinginan untuk mengenal dunia. Dan mereka juga ingin mengetahui worldview tentang negara sendiri Afghanistan, maka industri saat ini penerbitan telah berkembang secara pesat karena kelaparan ilmu pengetahuan warganya." kata Hasyimi

Namun saat ini, Hasyimi mengatakan bahwa industri pencetakan masih mempunyai masalah pembajakan yang kronis. Karena penerbitnya merilis ribuan buku. Pembajakan didistribusikan lebih dari empat ribu eksemplar dengan harga lebih murah.

"Pemerintah harus melakukan sesuatu untuk menghentikannya."tegasnya

Ia mengharap bahwa Hak cipta dan hak kekayaan intelektual yang telah terbengkalai sejak lama, demi kepentingan pemerintah harus segara membangunkan dengan serius. Untuk membuat industri percetakan tumbuh tanpa ancaman dan masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun