Mohon tunggu...
Amir Al Maruzy
Amir Al Maruzy Mohon Tunggu... Freelancer - blogger

Belajar Adalah Kunci Sukses.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mari Mencitrakan Mapala

8 September 2010   19:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:21 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

(dok pribadi)

Mendengar kata mapala, membuat pikiran kita tertuju ke sosok mahasiswa yang umumnya berambut gondrong dengan penampilan yang semrawut, dan kerjanya hanya naik gunung, srta kuliahnya terbengkalai. Persepsi semacam itu memang sudah terlanjur melekat pada sososk mahasiswa pencinta alam (MAPALA). Namun benarkah sosok mereka seperti itu?, atau itu hanya persepsi sepihak yang dilontarkan segelintir orang?.

Mapala merupakan suatu kelompok kemahasiswaan yang bergerak dibidang kepencinta-alaman (petualangan dan peestarian lingkungan) dan dilaksanakan atas dasar rasa cinta para penggiatnya kepada alam. Para penggiat kegiatan alam terbuka ini sebagian besar berada pada kalangan generasi muda, baik yang berbasis kampus (Mapala); sekolah menengah (Sispala) maupun kelompok masyarakat/pemuda (KPA).

Kegiatan kepencinta-alaman seperti naik gunung, climbing, arum jerang, de el el, jka dibanding dengan kegiatan lainnya seperti nge-band, bola basket, road race, sangat minim peminatnya. Hal ini tidak terlepas dari besarnya resiko yang harus di hadapi oleh penggiat KAT (kegiatan Alam Terbuka). Selain itu besarnya biaya yang harus ditanggung oleh para penggiat KAT ini, untuk naik gunung, terlebih lagi untuk membeli perlengkapan yang memang agak mahal. Namun dibalik semua itu, KAT sesungguhnya menyimpan segudang manfaat bagi para penggiatnya serta kepada alam sendiri.

Manfaat KAT itu antara lain dapat lebih meyakini akan keberadaan Tuhan, dengan melihat hasil ciptaan-Nya yang begitu fantastis dialam terbuka. Dengan berada ditengah alam terbuka, dapat dapat menumbuhkan kesadaran bahwa betapa kecilnya arti manusia, jika dibandingkan dengan sang pencipta, begitu pula saat mengagumi alam, secara tidak langsung kita mengakui kebesaran Tuhan. Kegiagatan ini juga dapat menimbulkan semangat patriotisme, dengan menjelajahi alam akan muncul kekaguman tentang keelokan tanah air.

KAT juga sangat berpengaruh dalam menciftakan kebugaran olah kanuragan(Tubuh) dan stamina, sebab dengan terbiasa menghadapi medan yang berat, maka tubuh akan terlatih secara alamiah. Dalam aspek psikologi pun begitu berguna, sperti menumbuhkan rasa Pede (Tentunya Pede yang positif), disiplin, semangat dan mental baja, ketangguhan dalam menghadapi masalah, menumbuhkan kebersamaan antar sesama dan seterusnya yang mengarah pada perilaku pribadi yang matang sebagai mana ucapan Sir John Fordbelajar di alam bebas, memungkinkan lahirnya pemimpin”.

Melihat dari manfaat tersebut maka jelaslah, bahwa Mapala bukanlah suatu momok yang harus ditakuti atau dijauhi, hanya karena tudingan-tudingan miring yang dialamatkan kepada mapala. Olehnya itu mulai sekarang tidak perlua ada tudingan miring itu lagi kepada mapala. Semoga di masa depan kegiatan KAT ini dimasa depan lebih berkembang dan lebih digemari masyarakat (khususnya generasi muda). Viva Mapala, Viva KAT. ***

Adakah diantara Kompasianer yang Mapala/eks. Mapala????

Salam,

Daeng AM (Amir Al-Maruzy)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun