Mohon tunggu...
Tenggang2 Lopi
Tenggang2 Lopi Mohon Tunggu... Buruh - perahu keseimbangan

lahir di desa Samaran. mungkin salah satu tanda bahwa harus berjalan dalam samar, atau samar jika sedang berjalan. entahlah. . . .

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mari Berpuasa Lagi!

4 Agustus 2021   02:34 Diperbarui: 4 Agustus 2021   02:49 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar: Pixabay

Telah berbagai peristiwa yang membuahkan pengalaman sekaligus ilmu dan pemahaman baru bagi saya. Setelah kecemasan, kegusaran, kesumpekan, kegelisahan dan kekuatiran dan takut kehilangan selalu menyertai diri yang seharusnya berpijak pada ketenangan---malah terganggu oleh berbagai hal itu.

Semua hal yang telah saya alami dan terjadi di dalam diri saya tak pernah salah. Yang salah adalah saya yang mendapat tugas dari Tuhan untuk mengkhalifahi itu semua. 

Pasalnya saking terlenanya saya, pada posisi ketidakseimbangan membuat diri malah terhanyut dan menyerahkan diri dikuasai oleh segala potensi menjadi aksi ketidakseimbangan hidup.

Pada akhirnya kondisi hati menjadi mellow, pikiran menjadi mudah marah dan frustasi.

Maka malam ini Sang Kasih mengingatkan saya pada kondisi ruang kamar dan hanya ada pencahayaan yang menyorot gambar latar dinding salah satu sisi kamar. 

Pada ruang gelap, selalu yang ingin saya pandang adalah cahaya. Pada posisi ketidakseimbangan diri selalu yang saya harapkan untuk bersandar pada keyakinan menemukan jalan terang keseimbangan.

Pada posisi gelap ketidakmungkinan untuk mencari dan menemukan cahaya kepastian Allah atas hidup kita, Allah hadir menemani dengan kasih dan sayang-Nya.

Pada posisi kalut, gelisah, ketakutan terhadap ketidakpastian hidup itu suara Allah hadir---kasih sayang Allah memeluk dan menenangkan kita---seperti pelukan orang tua ketika melihat anaknya sedang dalam bahaya.

Meskipun mata tak pernah bisa melihat Tuhan, tetapi rasa dalam nurani sudah cukup mewakili untuk menjadi mata rasa dan telinga sukma untuk menemukan dan merasakan kehadiran Tuhan.

Maka, puasalah amat penting untuk menjernihkan pikiran, menyucikan hati dan memancarkan aksi dan reaksi nurani dalam kepekaan menangkap dan merasakan gelombang, frekuensi kehadiran Tuhan---atau tanpa itu semua Allah tetap Maha dari segala yang ada untuk memeluk dan menemani kita.

Padahal pandemi yang sudah berjalan dua tahun ini amat sangat mengajarkan kita untuk berpuasa kehidupan dari segala hal keserakahan terhadap dunia yang melampaui batas---yang membuahkan kesombongan ingin menguasai dan menangnya sendiri, termasuk gila harta dan tahta tanpa tanda kutip.

Syukurlah sebelum napas hidup dan jantung berhenti berdetak, Allah mengingatkan dan menyadarkan segala keteledoran dan kesalahan saya---yang selama ini berbuah kesia-sian. 

Tak ada hal yang berarti selama ini yang dapat dikenang dengan cara pandang nilai dan cinta---selain kesombongan pribadi dan kegagahan pencapaian dunia---yang hambar tanpa rasa.

Maka, judul tulisan ini diakhiri pentung yang berarti perintah melakukan kembali bagi saya sendiri, tanpa pernah merasa puas dan mencapai sesuatu. 

Sebab puasa adalah ruang untuk mengendalikan dan batas waktu kehidupan supaya menjadi makhluk yang manusia, baru mulai, bijaksana dan bermartabat---yang berbuah manfaat bagi yang bersentuhan dengan kita.

Surabaya, 4 Agustus 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun