Mohon tunggu...
Tenggang2 Lopi
Tenggang2 Lopi Mohon Tunggu... Buruh - perahu keseimbangan

lahir di desa Samaran. mungkin salah satu tanda bahwa harus berjalan dalam samar, atau samar jika sedang berjalan. entahlah. . . .

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Berjarak untuk Mendekat

4 Mei 2021   03:13 Diperbarui: 4 Mei 2021   03:17 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Wah sepertinya menarik tema ini. Kayaknya mambu-mambu kasmaran khas hawa pemuda. Tapi apa sih tema yang ingin dibabar hari ini. Kelihatannya enteng jika dibaca tapi kok mbulet dalam pikiran.

Apa yang sedang kau tawarkan anak muda? Suatu masalah baru dari kompleksitas masalah yang menghantui setiap saat. Masalah pandemi, sampai masalah ditinggal kekasih karena suatu sebab yang tak kita ketahui jluntrungnya sampai hari ini. Terus kamu mau nawari apa? Hawa pengap udara yang butuh tetesan air kesegaran nasib yang ditunggu banyak orang atau kau ingin menyodorkan romantika jenis dialektika cinta?

Emang apa sih cinta? Mau ditujukan ke siapa?

Loh kok saya diserang terus oleh akal yang terus nerocos melemparkan argumennya. Saya mencoba memperkuat kuda-kuda dari serangan pertanyaan yang bertub-tubi sambil mengendapkan daya perenungan di dasar nurani supaya tersaring sampai titik terjernih dan murni---sehingga tepat untuk menjawab segala pertanyaan akal.

Begini lho akal, kata saya. Hidup tak sebatas hanya makan, berteduh, memproses hubungan menjadi janin dan melahirkan keturunan dengan menikah. Meskipun semua faktor itu penting pada posisi dan fungsinya.

Kalau kita mau menyediakan waktu sejenak untuk merenung, kita akan diantarkan pada pengertian bahwa kita dilahirkan dari cinta Allah pada Cahaya Muhammad---yang dicintai-Nya. Maka dengan sebab percintaan mesra dan penuh romantika itu terhamparlah jagat dan alam semesta beserta kita salah satunya.

Kenapa saya pertegas asal-usul itu yakni supaya kita tetap hidup pada patrap kita sebagai manusia, makhluk dan hamba Allah.

Yang menarik di sini, dari cinta kita ketemu sama khasanah Jawa tentang sinau patrap sampai pada metode social untuk memanajemen fungsi diri supaya tepat dan tidak over dosis.

Misalnya pada dunia, kita semestinya menaruh perhatian sekadarnya saja, tapi untuk permaslahan dunia yang menyangkut kemanusiaan, kemakhlukan dan peran serta tugas pengabdian kita di dunia---kita baru totalitas.

Maksud saya, untuk urusan dunia yang kaitannya dengan kesuksesan diri sendiri, kita mestinya tak menghabisnya jatah energi dan perhatian hidup hanya pada itu saja. Kita harus hidup semakin luas dan bertambah meluas setiap harinya untuk memaksimalkan potensi dan peran yang sudah digariskan Allah pada diri kita.

Penjelasan sederhananya begini, kita mencari uang sebanyak mungkin supaya kaya, asal ketika kaya, harta kita pergunakan untuk kemanfaatan sesama manusia dan kemaslahatan bersama---dengan kesadaran peran dan tugas khalifah di bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun