Mohon tunggu...
Aminuddin
Aminuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis purna
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama : Aminuddin TTL : Plaju, 30 Desembe 1961 Pendidikan : S1 UIN Raden Fatah Palembang GO-PAY: +6289506920230

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Rumah Tua

11 Januari 2022   22:31 Diperbarui: 11 Januari 2022   22:42 2583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by eberhard grossgasteiger from Pexels

Anehnya, semua organ tubuh para remaja itu masih utuh. Kades meminta warganya segera menguburkan mayat-mayat itu.

Satu minggu kemudian. Kuburan itu bergerak. Jasad remaja-remaja belasan tahun itu muncul dan berjalan lambat menuju rumah tua.

Begitu mereka berada persis di depan pintu, serta merta pintu rumah terbuka disertai hembusan angin kencang.

Kita masih bisa melihat mereka memasuki rumah angker itu. Tapi, setelah pintu tertutup dan terkunci rapat, kita tak bisa melihat apa-apa lagi kecuali suara burung hantu yang terdengar menakutkan, merindingkan bulu roma.

Sampai pagi, ketika rumah itu di masuki, tidak ada siapa-siapa di sana. Kecuali satu set kursi tamu terbuat dari rotan. Dipan tempat tidur, tempat memasak dan duduk santai. Selebihnya sarang kecoa, tikus dan tumpukan sampah yang berserakan.

Dari dekat tapi siang hari, rumah yang kini tidak berpenghuni lagi itu elok dipandang mata. Meski terkesan kumuh, ornamennya masih utuh. Juga anyaman atap dan dindingnya, begitu rapi dan teratur. Saling menyambung satu sama lain membentuk pola hewan seperti rusa, badak dan kijang.

Kita bisa duduk di kursi halaman depan rumah. Sambil mendengarkan kicauan burung yang terbang rendah hati ke sana kemari. Atau menyaksikan puluhan ayam kampung dan hutan berseliweran di tepi parit. Anak-anak berangkat ke sekolah dan para ibu yang rame-rame memikul keranjang berisi kayu hutan.

Namun menjelang magrib, peman dangan yang kita saksikan barusan nyaris tidak ada lagi. Yang tersisa hanya deru motor berseliweran. 

Kita melihatnya dalam sekejap. Tak ada basa basi, tegur sapa mereka, selain mempercepat laju kendaraan dengan raut muka tegang, penuh dengan misteri.

Perubahan suasana seperti ini, dari sejuk menyenangkan ke takut dan menyeramkan, pernah kutanyakan kepada seorang tokoh disegani di desa ini. 

Dengan nada bicara tegas dia mengatakan dulu rumah tua itu selalu ramai pada malam hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun