Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sakti-kah Pancasila Menghadang Corona?

20 April 2020   07:48 Diperbarui: 20 April 2020   10:46 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Dok: Diego F Parra/pexels.com)

Sebagaimana status subyek menentukan makna dalam suatu kalimat, mengubah status predikat dan kedudukan obyek nya, ketegasan antara obyek dan subyek menjadi pembeda antara status aktif atau pasif. Inkonsistensi imbuhan dalam kalimat akan membuat susunan konsep menjadi rancu dan akhirnya makna akan membias.

Tidakkah pembiasan makna ini yang sedang terjadi dewasa ini? Masker medis digunakan publik awam, tenaga medisnya sendiri kesulitan mendapat masker, dan ternyata ada juga mengekspornya ke luar negeri!

Siapa kita, siapa mereka dan siapa Corona?

Dalam situasi negara atau bangsa menghadapi ancaman bersama, dibutuhkan adanya kejelasan ide dan ketegasan narasi barulah praksis akan menyata. Bangunan koheren antara ide, narasi dan tindakan secara sederhana dapat disebut sebagai ideologi. 

Meski terdapat kecenderungan bahwa kebutuhan akan ideologi biasanya terjadi dalam suatu situasi yang menyimpang, situasi yang akan membelokkan jalannya sejarah dan boleh jadi pandemi Hari ini tidak termasuk dalam potensi penyimpangan jalannya sejarah tersebut.

Namun pembelok sejarah yang dimaksud dalam kontek kalimat di atas lebih tepat kalau ditujukan kepada sesuatu yang kasat mata, musuh yang sedang berdiri di gerbang kota. 

Ketika musuh tersebut tidak kasat mata dan "hanya" terlekat di tangan-tangan kita, pakaian yang kita kenakan lalu keluar menyebar melalui batuk dan bersin yang kita semburkan, kenapa negara mengambil posisi menyatakannya sebagai bencana nasional? 

Urgensi apa lagi penetapan status bencana nasional ini kalau langkah operasionalnya tergantung setiap kepala daerah dan juga menggunakan sumber daya yang ada di setiap daerah masing-masing?

Jargon kita sebagai Negara Kesatuan rasanya tidak pernah terdengar lagi. Identitas kita sebagai "semua" yang mengandung arti menyeluruh dalam kesetaraan nyatanya tereduksi, atau memang terdelineasi, sebagai "setiap". 

Identitas "semua" yang memiliki korelasi dengan tindakan yang bersifat "menyatu", tanpa ada pembedaan, tergantikan oleh "setiap" (yang melekat dalam dirinya potensi keragaman) dari kita yang dihimbau memproteksi diri. Proteksi lah diri mulai dari individu, keluarga dan komunitas.

Negara dimana hadir?

Sayangnya negara lebih sering hadir sebagai pewarta setia.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun