Mohon tunggu...
amin yeremia siahaan
amin yeremia siahaan Mohon Tunggu... Lainnya - penyuka buka fiksi dan sejarah...

Historia Magistra Vitae

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Divaksin AstraZeneca

17 Juni 2021   13:21 Diperbarui: 17 Juni 2021   13:25 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat minggu lalu, Kamis, 10 Juni 2021, saya dan beberapa teman kantor telah divaksin AztraZeneca dosis I. Informasi vaksin berasal dari kiriman Whatsaap teman kantor yang berisi link pendaftaran vaksin di salah satu klinik di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Setelah mengisi link pendaftaran, kami menuju lokasi vaksin sesuai jadwal.

Tiba di lokasi, antrian sudah mengular panjang. Animo masyarakat cukup tinggi. Sebelum akhirnya benar-benar divaksin, beberapa tahapan yang harus dilalui adalah: pertama, mengantri untuk mengambil nomor urut. Kedua, dipanggil ke meja pertama untuk mengecek tensi dan saturasi oksigen. Ketiga, dipanngil ke meja kedua untuk mengecek data kependudukan. Keempat, dipanggil ke meja ketiga untuk screening riwayat kesehatan. Setelah itu masuk ke ruangan vaksinasi. Sebelumnya mengisi daftar hadir dulu, dan tidak perlu menunggu lama, akhirnya nama saya dipanggil untuk divaksin.

Sempat dag-dig-dug, namun proses vaksin berjalan cepat dan lancar. Saya diminta tenang, gulung sedikit lengan baju, disuntik, dan selesai. Setelah itu, berlanjut ke meja berikutnya untuk tahap observasi. Tidak sampai setengah jam, nama saya dipanggil lagi dan ditanya apakah ada keluhan berarti. Lalu dokter memberi tiga butir paracetamol yang dapat diminum jika ada reaksi tubuh dalam bentuk apa pun. Ia pun meminta untuk mengurangi aktivitas paling tidak selama tujuh hari ke depan, karena tubuh sedang merespon vaksin.

Apa yang saya alami? Hanya gejala ringan saja. Setelah vaksin, tangan kiri saya langsung terasa pegal. Esoknya tubuh saya agak lemah dan di sekitar lokasi suntik terasa gatal. Saya kemudian meminum paracetamol yang diberikan dan kondisi tubuh kembali seperti semula. Bahkan, tiga hari pascavaksin saya kembali olah raga lari seperti biasa yang saya lakukan.

Saran saja bagi yang mau vaksin, kondisi tubuh harus benar-benar fit. Kalau bisa, kurangi aktivitas sehari sebelum vaksin. Di hari-H, karena proses antrian yang lama, di tempat saya waktu itu lebih dari 300 orang yang divaksin, maka harus sarapan pagi, makan siang, ada camilan, dan tidak lupa banyak minum.

Ketika saya divaksin, ada perempuan muda yang merasa pusing dan lemas, dan setelah ditanya dia kurang minum. Sebagai gambaran, saya datang kurang lebih pukul 10.00 Wib, dan baru divaksin jam 14.30 wib. Jadi, cukup lama menunggu.

Jadwal vaksin dosis II adalah di minggu I bulan September. Jarak yang jauh ini, dari informasi berita yang saya dapati, adalah untuk memberikan dampak imunitas yang maksimal bagi tubuh.

Kita berharap Pandemi Covid-19 segera berakhir. Dan sepanjang belum ditemukan obat, maka vaksin adalah cara terbaik untuk meminimalkan korban, selain menerapkan prokes yang ketat. Namun, sayangnya, masih saja berseliweran berita tidak benar (hoax) seputar vaksin, khususnya AstraZeneca. Misalnya, ada tetangga yang enggan divaksin AstraZeneca karena ia percaya vaksin ini awalnya ditujukan untuk orang luar negeri, bukan untuk Indonesia. Saya tidak tahu ia dapat informasi ini dari mana. Karena itu, edukasi yang masif oleh pemerintah dan pihak lainnya sangat diperlukan. Jika tidak, upaya membentuk herd immnunity akan kesulitan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun