Mohon tunggu...
Amin Nugroho
Amin Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Pecinta Kopi

Penggemar musik orkestra dan marching band. Alumni Prodi Ketahanan Nasional UGM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Menjelang Pemilu 2019 dan Urgensi Literasi Media Digital

19 Agustus 2018   01:23 Diperbarui: 19 Agustus 2018   01:24 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebentar lagi Indonesia akan menyelenggarakan hajatan akbar yang berupa Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 yang di dalamnya terdapat agenda Pemilihan Presiden. Meskipun euforia ini akan berlangsung kurang lebih satu tahun lagi, namun euforia pesta demokrasi tersebut sudah terasa semakin memanas. Saat ini kita tahu masing-masing calon presiden memiliki kredibilitas yang tak bisa dianggap remeh. Joko Widodo yang kita tahu saat ini menjabat sebagai orang nomor wahid di Indonesia menggandeng Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya. Pun Prabowo Subianto sebagai mantan petinggi militer Indonesia menggandeng Sandiaga Uno sebagai cawapres.

Pencalonan capres dan cawapres ini disebarkan begitu masif di segala lini media, tak terkecuali di media digital. Muncul fenomena unik dimana masing-masing pendukung berebut pengaruh dalam menarik hati calon pemilih yang di Indonesia. Bukan hanya itu, segala intrik dan taktik terselubung mewarnai dinamika politik menjelang hajatan akbar tersebut. Cobalah kita tengok akun Instagram dan Facebook kita, masing-masing netizen sangat mudah membagi, memberi 'like', dan memberi komentar terhadap kedua pasangan calon tersebut.

Fenomena berebut pengaruh ini tak jarang memunculkan sikap fanatik pendukungnya. Tak jarang netizen berkomentar seolah pasangan calon presiden dan wakil presiden ini adalah orang yang tanpa cela dan menganggap lawannya adalah orang yang penuh dengan dosa. Dampaknya saling serang di media digital kerap terjadi. Apalagi, keran kebebasan begitu terbuka lebar di media digital. Warganet begitu mudah melempar fitnah dan saling klaim satu sama lain. Kondisi ini jika dibiarkan akan menimbulkan sikap skeptis yang berujung pada sikap apatis dan golput pada Pemilihan Umum 2019.

Kondisi seperti ini menurut saya sangat wajar dimana demokrasi memberikan ruang warga negara untuk mengekspresikan pikirannya. Namun, terkadang etika kehidupan berkebangsaan berasas bebas-bertanggung jawab acap diabaikan.

Oleh karena itu fenomena menjelang Pemilu 2019 ini wajib disikapi dengan kritis. Kemampuan warganet Indonesia harus selalu diasah agar tidak mudah terombang-ambing dengan isu yang ramai di dunia digital, sehingga kemampuan literasi media digital menjadi sangat penting dalam merespon hal tersebut.

Dalam literatur, Media Literacy Leadership Institute (1992) menjabarkan literasi media  adalah ability to access, analyze, evaluate and create media in a variety of forms. Alan Rubin (1998) menggabungkan beberapa definisi literasi media/ melek media sebagai: pemahaman sumber dan teknologi dari komunikasi, kode yang digunakan, pesan yanng diproduksi dan pemilihan, penafsiran, serta dampak dari pesan tersebut. Dua termin tersebut literasi media digital menekankan kemampuan komunikan atau khalayak bukan hanya dalam mencari atau mengakses informasi, tetapi juga kemampuan dalam memahami teknologi, memahami makna pesan, dan merespon pesan tersebut sebagai suatu ekspresi pengalaman khalayak dari terpaan pesan media. Dengan kata lain, literasi media merupakan titik klimaks dari sikap khalayak yang ber-uses and gratificaton dalam menyikapi agenda setting dari media.

Sintesisnya, kemampuan literasi media digital diharapkan mampu membuat khalayak bersikap lebih dewasa dalam menyikapi fenomena politik menjelang Pemilihan Umum 2019, khususnya pemilihan presiden. Kemampuan ini tidaklah serta merta mudah ditanamkan, mengingat media digital begitu mudah diakses oleh semua umur, khususnya pemilih pemula yang secara kemampuan kritisnya masih perlu diolah dan diasah lagi. Selain itu kurikulum pendidikan perlu juga memuat literasi media digital agar khalayak tidak serta merta mudah dalam menjustifikasi fenomena dunia digital menjelang hajatan akbar tersebut. Harapan lain, literasi media digital akan membangkitkan semangat berjejaring dalam menyebarkan informasi yang positif dan menangkal pengaruh negatif dari media digital yang mengedepankan etika berkebangsaan sesuai dengan ideologi Pancasila. Lingkup personalnya, literasi media digital ini nantinya pula akan menjaga jari kita dalam ber-like, comment, dan share terhadap informasi di dunia digital, khususnya dalam melihat fenomena yang akan semakin memanas menjelang 'tahun panas politik' 2019.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun