Mohon tunggu...
Amin Jamaludin Lubis
Amin Jamaludin Lubis Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Manusia

Penggemar Takatsuki di Tokyo Ghoul

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bijak Dalam Berinformasi dan Berkomunikasi

21 Juni 2019   18:40 Diperbarui: 21 Juni 2019   18:46 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perubahan merupakan suatu keniscayaan yang tidak akan terlepaskan dari perkembangan manusia yang kaitannya mencakup berbagai aspek seperti teknologi, ilmu pengetahuan, budaya, profesi dan sebagainya. Memikirkan suatu perubahan pula dapat dianalisis dari perkembangan fisik manusia. Ketika masih kecil seseorang hanya memiliki tinggi badan sekian. Lalu semakin bertambahnya umur, pertumbuhan tinggi badan mengalami perubahan menjadi sekian. Begitu pula dengan pola pikirnya. 

Dalam kaitannya dengan IPTEK terutama pengaruh dari modernisme yang memberikan banyak efek terhadap perkembangan masyarakat. Dahulu Indonesia tidak terlalu heboh dengan internet karena pengguna yang memiliki tidak begitu banyak. Bahkan hanya tertentu saja. Lalu ketika penggunaan internet semakin masif, akibatnya arus informasi menjadi tidak terkendali dan siapapun akan mendapatkan berita tersebut.

Kehadiran media sosial telah membuat banyak perubahan kepada segala aspek kehidupan manusia. Peran utamanya sebagai media komunikasi dan informasi menjadi dasar candu terhadap para pengguna sehingga tidak asing jika banyak pegiat sosmed yang selalu mudah terkonstruksi oleh berbagai bacaan teks yang biasa dibagikan oleh para warganet. Hal ini memengaruhi sikap dan perilaku seseorang terhadap pengunaan sosial media sebagai fungsi informasi dan komunikasi. Dalam mempublikasikan sebuah berita pada dasarnya media didasarkan pada ideologi mereka sehingga tidak aneh jika banyak menemukan berbagai berita yang memiliki perbedaan dalam hal-hal tertentu dan itu bisa disebut sebagai suatu framing (Dendy Suseno Adhiarso, Prahastiwi Utari, Yulius Slamet, 2017).

Sebuah riset yang telah dipublikasikan oleh Crowdtap, Ipsos MediaCT, dan The Wall Street Journal pada tahun 2014 yang telah melibatkan 839 responden dari usia 6 hingga 3 tahun bahwa waktu yang dihabiskan untuk bermain internet dan media sosial adalah 6 jam 46 menit perhari (Nasurllah, 2015). Ini merupakan sebuah kenyataan yang perlu kita peringati kepada diri sendiri dan orang lain. Karena kenyataan maya jangan dijadikan sebagai aktifitas keseharian yang dapat melupakan waktu-waktu di dunia nyata.

Sebagai fungsi informasi, media sosial memberikan banyak jenis informasi yang ditampung dan diberikan kepada publik. Mulai dari ilmu pengetahuan sampai kepada berita terkini dan aktual. Hal ini diyakini para pengguna sebagai sarana untuk menjadikan dirinya selalu update dan keyakinan kepada media sosial sebagai sarana utama informasi. Diantara media sosial yang populer yaitu tweeter, instagram, whatsapp dan facebook.

Sebagai fungsi komunikasi, media sosial pula menyediakan fitur-fitur unik yang disiapkan untuk para pengguna. Rata-rata dari semua media online fitur komunikasi yang tersedia ialah room chat dan komentar. Melalui fitur keduanya masing-masing pegiat medsos akan bisa saling berinteraksi secara virtual.  Tentunya hal ini pula yang membedakan antara interaksi dulu dan sekarang. Sebelum mengenal penggunaan media sosial, masyarakat masih harus melakukan tatp muka secara langsung untuk dapat berkomunikasi atau setidaknya melalui telpon rumah.

Permasalahan muncul ketika pengunaan media sosial tidak lagi tepat sesuai dengan harapan penggunaan yang baik dan beretika. Tinjauan dari fungsi informasi yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah berita membuat peran media menjadi pengurangan kualitas. Pada dasarnya, informasi berita harus memuat kode etik yang dapat membuat pembaca meyakini bahwa info yang tersebar luas merupakan teks berita yang jujur dan netral.

Namun sayangnya penyebarluasan berita saat ini memudahkan para pengguna untuk menyebar dan mengulasnya tanpa diketahui apakah informasi yang didapatkan merupakan fakta atau hoax. Permasalahan dasarnya bahwa segala berita yang diserap para pengguna akan menjadi opini publik yang disebarluaskan tanpa memikirkan kebenarannya.

Peranan sebagai penyedia komunikasi membuat adanya perbedan perilaku dan sikap bagi para user media sosial dalam berinteraksi. Dengan sebab komunikasi secara virtual dan tanpa harus bertatap muka, para pegiat medsos tidak akan segan-segan untuk berbicara secara bebas. Terlepas dari baik atau burukk apa yang dibicarakan dan dibuat sebuah topik pembicaraan. Sehingga ujung-ujungnya sama kepada publik dan akan menjadi 'asupan' opini publik.

Budaya share berita atau postingan tanpa ada sebuah penyaringan dan analisis terlebih dahulu  menjadi salah satu pemicu dari disintegritas sosial. Aktivitas semacam ini biasanya muncul dengan adanya dorongan provokatif sehingga pembaca akan terbawa secara emosinal. Ada tiga penawaran skema yang dibangun untuk alat dan bahan filter dari setiap informasi yang sampai kepada para pembaca yaitu perhatian (attention), pengodean (encoding) dan mengingat kembali (retrieval) (Mulawarman, Aldila Dyas Nurfitri, 2017).

Sikap bijaksana dan beretika dalam memainkan media sosial menjadi hal penting dibicarakan karena saat ini penyebaran hoax yang dibangun melalui narasi-narasi tidak jelas untuk mendapatkan suatu keuntungan penyebar. Jika hal ini terus terjadi tanpa ada filter dari pembaca maka sama saja dengan upaya perencanaan pembodohan publik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun