Kesadaran sebagai "penduduk asli bumi" harus dibarengi dengan kesadaran untuk membuat semua "penduduk asli bumi" tersebut mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bersama.Â
Keberadaan sebagai "penduduk asli bumi" menjadi dasar bahwa seseorang memiliki hak untuk berdiam dan mengelola bagian bumi manapun, sedangkan konsep "kemakmuran bersama seluruh bumi" adalah kesadaran akan kewajiban berbagi untuk sesama dan merupakan amanah dari Tuhan.
Apakah dengan demikian dalam konteks negara-negara bangsa saat ini urusan dalam negeri negara-negara dianggap tidak ada lagi? Tentu saja tidak demikian memahaminya. Di zaman modern ini telah ada kesepakatan tentang batas-betas kedaulatan negara, maka atas kedaulatan tersebut harus saling harga-menghargai.Â
Tinggal ditambah dengan pemahaman bahwa Bangsa Bumi adalah satu bangsa, yaitu Bangsa Manusia, yang salah satu misi bersamanya adalah mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bumi secara bersama-sama pula.
Sebagai contoh, melimpahnya sumberdaya alam hakekatnya adalah  anugerah Tuhan bagi seluruh manusia dan makhluk di bumi. Demikian pula Sumber Daya Manusia serta kemajuan peradaban, budaya, dan teknologi, hakekatnya adalah anugerah Tuhan bagi selueuh manusia dan makhluk di bumi.Â
Antara kedua penerima anugerah tersebut sudah seharusnya saling memberi secara adil dan saling berusaha memakmurkan dan mensejahterakan orang lain untuk mecapai kemajuan bersama, bukan dengan saling merugikan orang lain. Indah sekali bumi ini jika sikap selalu berbagi menjadi sikap yang diutamakan.
Namun realita yang terjadi tidak demikian, keinginan untuk memperkaya diri, anak turun, dan teman, lebih menguasai dan kemudian tidak peduli dengan nasib orang lain. Barangkali itulah mengapa terjadi carut marut dunia saat ini.Â
Sudah seharusnya semua manusia kembali kepada misi utama manusia di bumi untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bersama-sama seluruh bumi.