Mohon tunggu...
Amie Primarni
Amie Primarni Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Pemerhati Pendidikan Holistik

Amie Primarni Dr, lahir dan tumbuh besar di Jakarta. Ayahnya M. Tabrani asli Pamekasan, Madura. Ibu Siti Sumini asli Jogjakarta. Aktif sebagai Dosen, Pemerhati Pendidikan Holistik dan Komunikasi. Penulis Prolifik. Pemilik Mata Pena School. Penggagas Komunitas Dosen Menulis. Ketua Divisi Neurosains Pendidikan SINTESA. Anggota Asosiasi Penulis dan Editor, Assosiati Penulis Penertbit Pergurian Tinggi,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemerdekaan dan Kebebasan

22 Agustus 2019   13:30 Diperbarui: 22 Agustus 2019   13:36 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia tanah yang suci
Tanah kita yang sakti
Di sanalah aku berdiri,
Menjaga ibu sejati.

Indonesia tanah berseri
Tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji
Indonesia Abadi

Slamatlah rakyatnya
Slamatlah putranya
Pulaunya lautnya, semuanya
Majulah Negerinya
Majulah pandunya
Untuk Indonesia Raya

Refrein:
Indonesia Raya
Merdeka merdeka
Tanahku Negeriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Resapilah bait demi bait lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan jika perlu nyanyikan dengan sepenuh hati. Jika hari ini kita berada pada posisi yang mudah terpecah-belah, terkotak-kotak dan terfragmentasi dalam berbagai sudut, maka mereka akan merasakan hal yang sama seperti sebelum kita merdeka. 

Bahwa para pemuda ingin bebas dinegerinya sendiri, dan mengelola negerinya sendiri benar adanya, kebebasan yang mereka inginkan adalah kebebasan untuk mewujudkan jati diri bangsa, mereka merdeka dari cengkeraman bangsa lain, mereka merdeka dari kehinaan oleh bangsa lain, mereka para pemuda ini yakin dengan bersatu sebagai anak bangsa, maka kita akan mampu melawan bangsa lain.

Andai para pejuang bangsa ini  masih hidup dan bisa menyaksikan apa yang tengah terjadi hari ini boleh jadi mereka menangis. Namun demikianlah adanya. Saya yakin dalam diri mereka tak pernah terbersit sedikit pun bahwa gagasannya harus mendapat penghormatan yang demikian tinggi. Bagi mereka berjuang dengan ide adalah jiwanya. 

Sebab mereka tahu bahwa kondisi bangsa indonesia hanya akan maju ditangan anak bangsanya sendiri. Boleh saja bangsa lain berkolaborasi, bersinergi membangun negeri ini, namun Tanah Air Indonesia, Bangsa Indonesia dan Bahasa Indonesia adalah jiwa bangsa Indonesia sendiri dan tak akan pernah tercerabut dan tercerai-berai oleh siapapun. Ke-harmonian yang diupayakan dengan banyak pengorbanan para pemuda dimasanya adalah pengorbanan yang mulia dan mahal.

Jika saja anak-anak muda masa kini mau memahami, mau menyadari betapa tidak enaknya terpecah-pecah, terpisah-pisah dan terkotak-kotak di negeri sendiri maka mereka akan memahami nilai persatuan. Para pendiri bangsa menyadari betul bahwa sejak awal bangsa Indonesia kaya akan keragaman budaya, bahasa, dan agama. Maka dengan bingkai Tanah Air yang satu, Bangsa yang satu, dan Bahasa yang satu itulah perekat anak bangsa dari perbedaan yang ada. 

Kita tidak bisa begitu saja mengambil sebuah filosofi bangsa lain untuk kita gunakan sebagai filosofi bangsa, kita harus mengadaptasikannya, agar nilai persatuan ini benar-benar menyentuh hal yang mendasar namun memberi ruang pada keragaman yang telah ada. Tugas kita adalah menjaga kesatuan dan persatuan yang baru  terbentuk selama 74 tahun. Ujian demi ujian atas ide dan gagasan para pemuda saya yakin masih akan teruji. Oleh sebab itu, perlu kehati-hatian dalam berpikir, dalam melangkah, sehingga apa yang telah terajut selama ini tak rusak hanya karena sehelai benang saja.

Tentu saja hingga hari ini, dalam pasang dan surut bangsa Indonesia yang merdeka baru selama 74 tahun, tetaplah ungkapan rasa syukur yang pertama kepada Allah Swt yang membuat semua gagasan dan pemikiran anak bangsa  dapat mewujud dan bermanfaat bagi banyak orang. Hanya Allah lah yang memampukan semua terjadi. Terima kasih para pejuang, namamu abadi dalam amal jariah untuk anak bangsa dan anak negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun