Oleh Amidi
Pembelian secara kredit sudah lazim dilakukan masyarakat atau konsumen dan memang diberikan kemudahan oleh produsen atau penjual atau lembaga pembiayaan (leasing). Dengan adanya sistem penjualan secara kredit, memberi kesempatan lebih luas kepada konsumen untuk memiliki suatu barang.
Dalam perkembangannya, sistem penjualan secara kredit sudah meramba keberbagai produk. Jika sebelumnya, penjualan secara kredit janya bisa didapatkan pada produk tertentu saja, misalnya otomotif (mobil/motor), namun kini,hampir semua produk bisa di beli secara kredit.
Dengan adanya penjualan secara kredit tersebut akan mendorong peningkatan volume penjualan. Misalnya kredit mobil, jika sebelum adanya penjualan secara kredit, penjualan mobil pada suatu dealer hanya bisa terjual dengan hitungan jari saja per bulan, namun setelah diberlakukan sistem kredit, penjualan per bulan akan terus meningkat.
Bila dicermati, penjual atau dealer atau leasing, ternyata tidak cukup dengan capaian peningkatan volume penjualan dengan adanya sistem kredit yang tenornya singkat 1-3 tahun saja. Kini mereka berlomba-lomba menerapkan tenor panjang atau lebih lama, ada yang 5 tahun bahkan ada yang sudah menetapkan tenor 8 tahun.
Dampak/Ekses Positif Negatif!
Tenor lebih lama atau lebih panjang tersebut memang akan menguntungkan kedua belah pihak. Di pihak konsumen, cicilan yang dibayar konsumen akan lebih ringan, konsumen atau masyarakat mempunyai kesempatan besar untuk memiliki kendaraan, konsumen bisa lebih leluasa mengatur keuangannya. Di pihak penjual/dealer/leasing, yang jelas mereka akan meraub keuntungan lebih "gede" dan akan adanya peningkatan volume penjualan secara signifikan.
Kemudian, bagi konsuemn dengan tenor kredit lebih panjang atau lebuh lama tersebut memang memberi kemudahan kepada konsumen untuk memiliki suatu produk atau kendaraan (mobil). Bila mobil tersebut digunakan untuk kelancaran bekerja atau pergi-pulang ke kantor, maka akan mendukung atau menciptakan kegairahan bekerja, karena mereka tidak terhalang untuk pergi ke kantor atau ke tempat kerja bila hujan turun, tidak masuk angin dan lainnya.
Bagi konsumen dari kalangan pelaku bisnis, maka mobil tersebut bisa diguankan untuk berbisnis, bisa digunakan untuk mendukung kelancaran bisnis dan bisa digunakan untuk mencari uang, seperti taksi online.Â
Namun, dibalik itu semua kedua pihak juga akan menderita kerugian. Di pihak konsumen, yang jelas konsumen terpaksa membeli mobil dengan harga yang jauh kebih mahal, kalau dihitung secara sederhana saja, bisa saja harganya mencsaja dua atau tiga kali dari harga cash. Kemudian, bukan tidak mungkin akan terjadinya kredit macet, terutama bagi konsumen yang penghasilannya berfluktuasi dan atau tidak permanen, dan ada kemungkinan kendaraan (mobil) "ditarik" pihak dealer/leasing akibat keterlambatan atau kredit macet tersebut.
Di pihak penjual/daler/leasing, potensi risiko kredit macet akan lebih besar, karena tenor yang relatif lebih lama tersebutakan ada persaingan ketat antar lembaga pembiayaan (bank/leasing) dan manajemen di bidang kredit pada lembaga pembiayaan harus bekerja keras untuk bisa mengamankan atau memastikan agar cicilan konsumen setiap bulannya berjalan lancar.
Kemudian tidak hanya itu saja ada dampak positif dan negatif lainnya yang masih harus dihadapi oleh konsumen. Misalnya, secara tidak langsung konsumen sepertinya dikejar-kejar hutang, apalagi bila dalam memutuskan untuk kredit mobil tersebut tidak dilalui dengan pertimbangan yang matang. Dengan demikian, lebih jauh lagi mereka tidak tenang bila tibanya masa jatuh tempo yang pada akhirnya akan mengganggu kinerja (bila mereka sebagai pekerja) atau bila mereka sebagai pebisnis, mereka akan dikejar-kejar utang yang akan mempengaruhi kegairahan ber-bisnis.
Ekses Tenor Panjang
Dengan diberlakukannya tenor lebih lama tersebut, maka akan menimbulkan berbagai ekses yang ada. Dengan semakin mudahnya memiliki kendaraan (mobil), maka jumlah kendaraan (mobil) terus bertambah (tumplek), jalan semakin semerawut dan macet, akan terjadi parkir sembarangan di gang (bagi mereka yang tidak memiliki garasi) , parkir di bibir jalan, dan parkir sembarang tempat.
Bagi konsumen dari kalangan pekerja, akan mendorong mereka untuk bekerja malas, jika penghasilannya habis untuk membayar kredit atau sebagian besar dari penghasilannya tersita untuk membayar kredit dan potensi perbuatan negatif akan tmbul demi membayar cicilan.
Bagaimana Sebaiknya?
Dalam menyikapi tawaran dealer dan atau lembaga pembiayaan (bank/leasing) tersebut, konsumen harus bijak, harus berpikir matang, harus mengedekan rasionalitas ketimbang emosional.
Memang tenor lebih lama tersebut suatu peluang besar bagi konsumen untuk bisa memiliki kendaraan (mobil), apalagi dealer dan atau lembaga pembiayaan (bank/leasing) sangat gencar mempromosikan kepemilikan kendaraan secara kredit dengan tenor lebih lama tersebut.
Tidak heran, jika mereka memasang banner, spanduk dan bentuk iklan lainnya yang menggoda konsumen dengan menawarkan tenor kredit lebih lama tersebut. Mereka akan memburu kosumen sebanyak-banyaknya. Petugas atau sales atau tenaga penjual justru akan mengarahkan konsumen untuk membeli secara kredit, agar mereka memperoleh keuntungan yang lebih dari penjualan secara kredit tersebut.
Pengalaman saya pada saat mau membelikan sepeda motor anak saya dua puluh tahun yang lalu, (maaf) motor tersebut saya akan beli secara tunai (cash). Pada saat saya sudah berada di dealer motor yang sudah mempunyai brand tersebut bahkan sudah termasuk dalam salah satu top brand tersebut, pihak penjual atau sales yang ada mempertanyakan masalah pembayaran, "bapak mau membayar cash atau kredit?", saya jawab/bilang, saya mau membeli secara tunai (cash). Petugas penjualan atau sales tersebut merayu, "bapak membeli secara kredit saja" !. Saya jawab kembali, tidak!, saya mau membeli secara cash.
Begitu juga, pada saat saya berada di kasir, petugas kasir pun kembali mempertanyakan masalah pembayaran, cash atau kredit. Inilah fakta yang ada, inilah fenomena yang berkembang.
Artinya, karena akan banyak pihak yang terlibat, pihak penjual, pihak dealer, pihak leasing, pihak ansuransi, pihak bank, pihak petugas dan lainnya akan diuntungkan bila konsumen membeli secara kredit.
Dalam hal ini, tinggal konsumen, jika tergoda dengan godaan atau bujuk rayu tersebut, maka bisa saja konsumen yang tadinya mau membeli secara tunai beralih dengan membeli secara kredit.
Sekali lagi, bila disimak bahwa penjualan secara kredit banyak pihak yang akan terlibat, maka dengan demikian, semakin banyak konsumen atau masyarakat membeli secara kredit tersebut, semakin banyak pula pihak-pihak yang diuntungkan.
Sekali lagi, dalam menyikapi penjualan secara kredit dengan tenor yang lebih lama tersebut, konsumen atau masyarakat harus benar-benar dapat mempertimbangkan kondisi keuangan, keamanan keuangan, stabilitas penghasilan, dan termausklah mempertimbangkan resiko apa yang akan terjadi ke depan termasuk resiko terhadap kendaraan (mobil) yang di beli secara kredit tersebut.
Dari sisi harga jual, jelas kendaraan yang akan kita jual kembali tersebut harganya jatuh, apalagi kendaraan yang dibeli secara kredit dengan tenor lebih lama yang menunjukkan bahwa pemakaian kendaraan tersebut akan lebih lama yang akan menurunkan harga jual. Kendaraan yang dibeli secara kredit, baru bisa dijual apabila kendaraan tersebut kreditnya sudah lunas.
Maaf bukan menggurui! Apakah tidak sebaiknya, bila konsumen atau masyarakat akan membeli secara kredit, lebih baik mengambil tenor yang singkat, misalnya 1-3 tahun saja, bila memungkinkan justru mengambil tenor yang sangat singkat, misalnya 1 tahun.
Semakin singkat tenor, semakin kecil bunga yang harus ditanggung dan harga beli tidak semahal bila kosumen mengambil tenor lama, misalnya 5-8 tahun.
Kemudian, bila memungkinkan, kita bisa menabung, lebih baik menabung terlebih dahulu, bila sudah terkumpul sejumlah uang sesuai dengan harga kendaraan yang akan dibeli secara tunai tersebut, baru kita membeli kendaraan tersebut. Selamat menimbang-nimbang!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI