Oleh Amidi
Pemerintah sudah  resmi membuka suatu badan pengelola investasi, yakni Badan Pengelola Invesatasi Daya  Anagata Nusantara (BPI Danantara). Danantara bertujuan untuk mengelola, mengonsolidasikan dan mengoptimalkan invesatsi  pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. (Wikipedia).
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan  pembentukan Danantara bukan hanya sekedar Badan pengelola investasi, tetapi berfungsi juga sebagai instrumen atau alat pembangunan nasional untuk mengoptimalkan pengelolaan kekayaan Indonesia demi kesejahteraan rakyat. (detk.com,  25 Peberuari 22025)
Menyimak tujuan berdirinya Danantara tersebut, sepertinya  Danantara hanya akan menjadi  Holding-nya BUMN yang ada di negeri ini. Artinya, akan ada beberapa bahkan semua BUMN  akan tergabung dan atau dibawah naungan Danantara.
BUMN yang akan dilebur menjadi bagian Danantara yakni PT Pertamina, PT PLN, PT Telkom, Mining Industry Indonesia-MIND ID  (CNNIndoensia.com, 25 pebruari 2025) dan saat ini baru tiga bank BUMN yang masuk ke Danantara yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Nasional Indoensia  Tbk (BBNI). (Kompas.com, 24 Pebruari 2025)
Dalam kenyataannya, kehadiran Danantara lebih disikapi "kontra" atau "dipertentangkan" oleh beberapa pihak, seperti begitu Danantara mau diresmikan, sudah ada pihak yang menyerukan menarik dana pada bank BUMN, ada yang meragukan pengelola yang ditunjuk dan adanya sikap "pesimisme" atas kehadiran Danantara tersebut. Mengapa?
Â
Seruan Menarik Dana!Â
Di media sosial  beredar adanya "seruan mengajak masyarakat menarik dana secara massal dari bank-bank BUMN". Seruan tersebut terkait pembentukan Danantara, terutama bank BUMN yang akan dilebur menjadi bagian Danantara tersebut.
Berbagai tanggapan atas adanya seruan tersebut, baik dari pihak kepresidenan maupun dari pihak bank BUMN itu sendiri dan termasuk dari kalangan akademisi. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan  Nasbi  menanggapi bahkan mempertanyakan keabsahan gerakan adanya berita bahwa kehadiran Danantara akan memicu gerakan penarikan dana dari bank, menurut beliau sampai sekarang kondisi perbankan BUMN masih aman-aman saja (Detik.com, 24 Pebruari 2025).
Corporate Secretary Bank Mandiri Tbk (BMRI) M. Ashidiq Iswara menyampaikan keadaan keuangan dan fudamental bisnis bank pelat merah berada dalam keadaan solid dan aman (CNBCIndonesia.com, 21 Pebruari 2024) dan Dirut PT BNI Tbk Royke Tumilar menegaskan bahwa seruan tersebut memiliki interpretasi yang salah buktinya uang nasabah masih aman (CNNIndonesia.com, 24 Pebruari 2024)
Pada bagian lain pihak INDEF mempersoalkan dan mengkhawatirkan Danantara. Jika Danantara hanya menjadi Superholding perusahaan BUMN saja, maka Danantara tidak terlalu bermanfaat (lihat Tempo.co, Â 25 Pebruari 2025).
BBC.com mensitir beberapa alasan pihak yang mengajak mengambil dana mereka pada bank BUMN dan atau melakukan tindakan yang dimaksud, karena didorong sejumlah hal, antara lain beredar informasi mengenai Danantara yang tidak bisa diaudit langsung Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk penegakan hukum. (lihat BBC.com, 21 Pebruari 2025).
Â
Belajar Dari Pengalaman!Â
Bila disimak, adanya kekhawatiran tersebut karena anak negeri ini berkaca atau bertolak dari pengalaman bahwa selama inii anak   negeri ini selaku nasabah bank, dihadapkan  pada bank-bank  tidak sehat. Setelah adanya krisis moneter yang menjelma menjadi krisis ekonomi,  ternyata bank-bank yang ada tidak sedikit yang tidak sehat, kesulitan likuiditas dan menyimpan berbagai masalah, sampai adanya penutupan kantor-kantor bank.