Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mari Kita Makan Makanan Sehat agar Ekonomi Kita Juga Sehat!

14 Februari 2025   05:40 Diperbarui: 14 Februari 2025   08:20 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- KOMPAS/HERYUNANTO

Oleh Amidi

Fenomena oknum pedagang dan atau pelaku bisnis menjual makanan tidak sehat sudah menjadi bagian dari perilaku mereka dalam melakoni unit bisnisnya. Ada oknum yang seakan-akan apabila tidak melakukan tindakan penyimpangan dan atau ketidaketisan dalam berbisnis, sepertinya bisnis mereka akan selalu merugi bahkan akan mati.

Sehingga tidak heran, jika dalam hal ini, lagu lama terus mengalun kembali, kasus keracunan makanan, kasus bahan kosmetik digunakan untuk bahan makanan, bahan kimia berbahaya diguankan untuk mengawetkan makanan, pemutih kain digunakan untuk memberi kesan agar makanan yang diproduksi kelihatan putih, formalin untuk mengawetkan makanan, dan seterusnya.

Kasus-kasus tersebut, bila terjadi dan kejadian tersebut berlangsung lama, menjadi "heboh", kemudian "lenyap" atau menghilang sendiri, kemudian tidak lama terulang kembali. Konsumen sepertinya berada dalam posisi tidak berdaya atau lemah. Hak konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang baik dan menerima atau membeli produk (makanan) yang sehat terabaikan.

Mengapa Terjadi Penyimpangan?

Bila kita cermati, banyak faktor yang menyebabkan makanan tidak sehat beredar. Rasanya publik sudah tahu semua kalau oknum pedagang atau pelaku bisnis melakukan hal tersebut, karena ingin "meraub keuntungan" yang sebesar-besarnya.

Dalam teori ekonomi sederhana, memang sudah merupakan tujuan mendasar dari dilaksanakan suatu unit bisnis, kalau pelaku bisnisnya ingin memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tersebut.

Dalam rangka itulah, sehingga apa saja yang mendorong mereka agar mencapai suatu tujuan "memperoleh keuntungan sebesar-besarnya" tersebut, mereka lakukan. Sehingga, tidak heran, jika ada oknum yang tidak segan-segannya melakukan penyimpangan dalam bisnis yang mereka lakoni.

Kemudian, ada dorongan suatu iqtikad buruk yakni ada oknum yang beranggapan, terutama bagi yang memproduksi makanan, sering mereka berujar; "kan, yang makannya nanti konsumen, bukan saya (pedagang/produsen)", jadi tidak ada persoalan kalau oknum tersebut menjual makanan tidak sehat dan atau makanan yang membahayakan kesehatan konsumen.

Jika sudah begini, tidak heran kalau ada dari kalangan mereka "tidak peduli" dengan aspek kesehatan suatu makanan yang akan mereka jual kepada konsumen, yang penting dapat uang dan terus untung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun