Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

BBM Non Subsidi Turun, Bagaimana Reaksi Pasar?

5 Januari 2023   06:58 Diperbarui: 5 Januari 2023   07:10 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan sumber energi penting yang banyak digunakan atau diminta masyarakat, baik masyarakat di negeri ini maupun masyarakat dunia, baik masyarakat umum, maupun masyarakat pelaku usaha dan atau  pelaku  industri. Bahkan sebagaian besar aktifitas yang berhubungan dengan energi di dunia ini akan macet, bila tidak ada  BBM

Begitu startegisnya BBM tersebut, begitu pentingnya BBM tersebut, mungkin tidak berlebihan kalau saya katakan "tiada hari tanpa BBM". Kini keberadaan BBM tidak seperti beberapa puluh tahun yang lalu, sumberdaya atau faktor produksi BBM sudah mulai menipis, pemakai atau pihak yang meminta BBM terus meningkat seiring dengan pertambahan manusia dan seiring dengan pertambahan unit usaha dan atau pertambahan unit bisnis yang ada.

Harga BBM terus mengalami fluktuasi, terkadang naik terus menerus, terkadang mengalami penyesuaian alias diturunkan. Kini pemerintah melalui pihak PT Pertamina resmi menurunkan BBM non subsidi.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Selasa, 03 Januari 2022,  menyampaikan bahwa PT Pertamina resmi mengumumkan penurunan harga  BBM non subsidi tersebut. Penurunan harga BBM non subsidi  ini berlaku untuk produk Pertamax  (RON 92), Pertamax Turbo (RON  98), Dexlite dan Pertamina Dex.

Harga BBM Pertamax turun  Rp. 1.100,- per liter menjadi Rp. 12.800 per liter  dari sebelumnya Rp. 13.900,- per liter. Sementara  untuk Pertamax Turbo turun Rp. 1.150,- per liter menjadi Rp. 14.050,- per liter , dari sebelumnya  Rp. 15.200,- per liter.

Adapun untuk produk Dexlite kini dibandrol Rp. 16.150,- per liter, turun Rp. 2.150,- per liter dari sebelumnya Rp. 18.300,- per liter. Kemudian  Pertamina Dex kini dibandrol Rp. 16.750,- per liter, turun Rp. 2.050,- per liter yang sebelumnya Rp. 18.800,- per liter . Penyesuaian  harga BBM non subsidi ini biasanya dilakukan setiap sebulan sekali.(cnbcindonesia.com, 03 Januari 2023)

Bila kita simak, penurunan harga BBM non subsidi yang dilakukan pemerintah melalui PT Pertamina tersebut mengalami penurunan antara sebesar Rp. 1.000,-  sampai Rp. 2.000,- . Dari angka penurunan tersebut terbilang, lumayan dalam hitungan jika masyarakat atau konsumen membeli dalam jumlah relatif banyak. Misalnya saja, jika kita membeli 10 liter  BBM jenis pertamax, berarti kita akan mengantongi selisih dari harga semua sebesar Rp. 11.000,- (Rp.1.100,- X 10 liter). Suatu angka yang terbilang cukup lumayan. Namun apakah dengan penurunan harga tersebut akan berpengaruh terhadap perekonomian, dan atau bagaimana pasar menyikapinya.

Konsumsi BBM.

Pemaiakan atau konsumsi BBM dinegeri ini relatif banyak dan konsumsi BBM dinegeri ini cendrung mengalami peningkatan.  Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)  menuturkan konsumsi BBM masyarakat setiap harinya mencapai 800.000 barel, dan jika  dirupiahkan senilai Rp. 1,2 triliun (merdeka.com, 1 September 2022)

Kemudian pada bagian lain, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menuturkan konsumsi BBM nasional pada tahun 20021 lalu saja diperkirakan mencapai 75,27 juta kilo liter, terdiri dari BBM bersubsidi seperti solar, minyak tanah, hinggga bensin.  Premium sebesar 26,3 juta kilo lliter dan BBM non subsidi sebesar 48,97 juta kilo liter Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pembinaan Program Migas Direktorat Jendral Migas Kementrian ESDM bapak Soerjaningsih. (cnbcindonesia.com, 18 Januari 2021)

Namun  dilapangan terjadi kontradiktif, disatu sisi pemerintah ingin mengurangi subsidi BBM dengan jalan menekan jumlah subsidi alias menaikkan harga BBM subsidi, sementara masyarakat yang membeli/meminta  BBM subsidi tersebut kebanyakan masyarakat yang tidak selayaknya mendapatkani BBM subsidi dengan kata lain  masyarakat yang membeli/meminta BBM subsidi tersebut justru tergolong kaya.

Kontan.co.id, 01 Juli 2022, mensinyalir bahwa Corporate Secretary Pertamina Niaga Irto Ginting mengatakan  sebanyak 60 persen masyarakat mampu atau yang masuk dalam  golongan kaya tersebut mengkonsumsi hampir 80 persen dari total konsumsi BBM subsidi. Sedangkan 40 persen masyarakat rentan dan miskin hanya mengkonsumsi  20 persen dari total BBM subsidi tersebut.

ReksiPasar.

Bila disimak dilapangan, dengan adanya penurunan BBM non subsidi tersebut, sepertinya pasar beraksi biasa -- biasa saja, tidak menunjukkan antusias untuk membeli/meminta BBM non subsidi tersebut. Kondisi ini bisa dimaklumi, karena penurunan harga BBM non subsidi tersebut masih menunjukkan spreed atau selisih harga BBM non subsidi dengan BBM subsidi masih signifikan, masih terbilang besar, masih berkisar Rp. 2.000,- an per liter.

 

Kondisi ini tidak berlebihan kalau saya katakan masih mendorong masyarakat yang tergolong mampu, akan tetap membeli BBM subsidi. Betapa tidak, secara kasat mata saja bisa kita saksikan sendiri pemandangan di SPBU -- SPBU dinegeri ini mobil yang antri membeli BBM subsidi adalah masyarakat yang kebanyakan memiliki mobil yang tergolong mewah. Mereka sanggup antrian berjam-jam demi memperoleh/membeli BBM subsidi tersebut. Inilah fakta dilapangan.

Sepertinya apa yang disinyalir oleh pihak pertamina 60 persen masyarakat tergolong kaya tersebut, 80 persennya membeli BBM subsidi secara kasat mata pun sudah terbukti. Apa mau dikata, suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri. Mengapa demikian?. Untuk menjawabnya saya meminjam lirik lagu Ebit G. Age,  tanya saja pada "rumput yang bergoyang"

Dengan demikian,  wajar kalau saat ini adanya  penurunan harga BBM non subsidi tersebut, tidak mengurangi antrian atau tetap terjadi antrian panjang di SPBU -- SPBU dinegeri ini, seperti di Sumatera Selatan sendiri, setiap SPBU -- SPBU masih diserbu masyarakat dalam rangka membeli BBM subsdi tersebut. Padahal dengan antian panjang tersebut tidak kecil opportunity cost yang timbul, tidak kecil kerugian yang harus ditanggung oleh masyarakat yang antri berlama-lama di SPBU demi memperoleh/membeli BBM subsidi tersebut. (lihat konten Amidi pada Kompasiana sebelumnya)

Selanjutnya bila kita telusuri di pasar -- pasar yang ada, dengan adanya  penurunan harga BBM non subsidi tersebut, belum berdampak bahkan diperkirakan tidak berdampak terhadap penurunan harga -- harga barang. Jika terjadi penurunan harga pun penyebabnya bukan karena adanya penurunan harga BBM non subsidi tersebut. Seyogyanya jika terjadi penurunan harga BBM, akan mendorong turunnya harga -- harga barang, karena BBM merupakan komoditas strategis dan BBM banyak terkait dengan kegiatan bisnis, mulai dari unit bisnis transfortasi sampai pada unit bisnis industri.  Hal ini disebabkan, karena harga BBM yang diturunkan adalah BBM non subsidi, dan penurunan harga BBM non subsidi tersebut pun belum signifikan bila di konversi harga BBM subsidi. Bila saja, penurunan BBM non subsidi tersebut menyebabkan selisih BBM non subsidi dengan BBM subsidi relatif kecil, misalnya dalam kisaran slisih Rp. 100,- sampai Rp 500,- per liter saja , saya yakin masyarakat akan beralih membeli BBM non subsidi.

Dengan demikian, wajar kalau masyarakat tidak terlalu bahagia alias tidak terlalu "heboh" dengan adanya penurunan BBM non subsidi tersebut, karena tidak serta merta mendorong masyarakat bergairah membeli BBM non subsidi dan atau tidak mendorong masyarakat  serta merta beralih membeli BBM non subsidi.

Menurut saya, bila memungkinkan turunkan harga BBM non subsidi tersebut sampai mendekati harga BBM subsidi dan atau pertahankan harga BBM subsidi yang sudah dinaikkan tersebut sembari terus menerus menurunkan harga BBM non subsidi, bukankah tidak ada salahnya kalau pemerintah sedikit merogoh kantong demi membantu masyarakat dinegeri ini yang memang sebagian besar belum berada pada tingkat "hidup sejahtera", karena kebayakan masyarakat membeli kendaraan jenis mobil pun dengan jalan "kredit" (lihat konten Amidi dalam kompasiana sebelumnya). Selamat Berjuang!!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun