Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Antara Kenaikan BBM dan Kesejahteraan Semu

9 April 2022   12:51 Diperbarui: 9 April 2022   12:53 1460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Beberapa bulan lalu sampai saat ini masih  terjadi antian  di SPBU-SPBU di negeri ini, karena masyarakat ingin  mendapatkan/membeli BBM jenis Solar sekedar untuk memenuhi tengki mobil mereka. Mereka rela menanggung opportunity cost yang tidak kecil,  karena mereka kehilangan waktu, dan kesempatan 

Ditengah hiruk pikuk itu,  timbul kabar mengagetkan yakni pemerintah dengan serta merta mengumumkan kenaikan harga BBM jenis Pertamax yang resmi diberlakukan 2 April 2022.. Alasan pemerintah menaikkan harga BBM tersebut karena  harga jual BBM tersebut lebih rendah dari harga keekonomiannya,  adanya kenaikan minyak mentah dunia, dan adanya ketegangan Rusia-Ukraina.  (Suara.com, 31 Maret 2022)

Kemudian dikabarkan bahwa pemerintah akan menghapus BBM jenis premium dan pertalite dengan alasan untuk memperbaiki kondisi lingkungan dengan mendorong penggunaan BBM yang ramah lingkungan. BBM yang dinilai ramah lingkungan yakni memiliki nilai oktan atau Research Octane Number (RON) di atas 91. Sedangkan premium (RON 88) dan pertalite (RON 90). (Kompas.com, 25 Desember 2021)

Pada bagian lain Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), menjelaskan setelah menaikkan Pertamax sebesar Rp. 3.500 per liter menjadi Rp. 12.500 per liter mulai 1/4/2022,  pemerintah juga bakal menaikkan harga Pertalite dan gas  LPG 3  kilogram, yang akan dilakukan secara bertahap, April, Juli,  dan September. (Republika.co.id, 01 April 2022)

Pada kenyataannya, sebagian besar masyarakat berkeberatan Pertamax naik, sehingga tidak sedikit mereka beralih untuk membeli Pertalite, Tak ayal lagi menyebabkan permintaan akan Pertalite meningkat yang diindikasikan dengan bertambahnya kendaraan yang antri untuk mendapatkan/membeli Pertalite, sehingga  Pertalite mulai dirasakan langkah. Menyikapi kelangaan tersebut, Erik Thohir   selaku Menteri  BUMN meminta  masyarakat tidak perlu ribut-ribut.  Erik memastikan stok Pertalite sudah mencukupi. (Kompas.com, 3 April 2022).

Terlepas dari itu semua, yang jelas di SPBU-SPBU masih terjadi antrian panjang. Bila dicermati, memang permintaan akan BBM dinegeri ini mengalami peningkatan, seiring dengan peningkatan jumlah kendaraan dan industri.

Pemerintah sepertinya terlebih dahulu menaikkan Pertamax dengan alasan bahwa secara umum  yang menggunakan/membeli Pertamax tersebut pemilik kendaraan "mewah" yang nota bene pemiliknya tergolong  "mampu".

Namun, bila kita telusuri sebagaian besar pemilik kendaraan dinegeri ini  masih memburu   pertalite, padahal jika kita tilik dari tipe kendaraan yang mereka miliki, idealnya  mereka harus menggunakan  Pertamax. Tidak heran kalau mereka terpaksa harus antri untuk mendapatkan/membeli  pertalite, apalagi dengan adanya kenaikan harga Pertamax tersebut

Kesejahteraan Semu.

Fenomena di atas, memperlihatkan kepada kita, bahwa  peningkatan permintaan terhadap kendaraan  yang diikuti oleh peningkatan pemintaan terhadap BBM tersebut, bukan semata-mata mata karena masyarakat memiliki uang yang cukup,   dengan kata lain bukan semata-mata karena masyarakat sudah sejahtera.

Bila dicermati, tidak  banyak masyarakat terutama  pemilik  kendaraan tersebut membeli kendaraannya secara tunai (cash), tetapi tidak sedikit yang memiliki kendaraan secara "kredit". Gaikindo.or.id, 2019,  mensinyalir bahwa  banyak pembelian mobil jenis angkutan umum dan mobil penumpang/pribadi  dilakukan secara kredit, bahkan hampir 80 persen lebih  pembelian mobil penumpang/pribadi  dilakukan secara kredit.

Sekali lagi fenomena diatas, menunjukkan bahwa memang masyarakat  masih harus berjuang untuk dapat hidup sejahtera dengan standar yang telah ditetapkan. Idealnya apabila masyarakat   dapat memiliki/membeli mobil penumpang/pribadi secara tunai (cash), walaupun masih dikatagorikan kendaraan sejuta umat, maka secara sederhana mereka sudah dapat  tergolong "sejahtera".

Namun, bila dicermati,  yang ada hanya "kesejahteraan semu". Untuk itu pihak yang berkompeten harus dapat memahami keberadaan masyarakat yang demikian,  harus hadir ditengah mereka, karena mereka masih harus  memperjuangkan kesejahteraan mereka..

Tunda Kenaikan.

Kenaikan Pertamax,  sebaiknya ditinjau ulang dan rencana kenaikan harga BBM jenis lain, Solar dan Pertalite termasuk gas elpiji 3 kilogram sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Masyarakat masih "susah", mereka masih membutuhkan uluran tangan pemerintah. Sebaiknya subsidi terhadap barang (BBM)  diarahkan pada subsidi kepada orang atau pemilik kendaraan, bukan kepada BBM nya.  Subsidi barang berangsur-angsur harus dikurangi sampai pada saatnya ditiadakan. Subsidi  hendaknya diberikan kepada orang miskin dan rentan dalam bentuk bantuan sosial. Pemerintah seharusnya justru memperbesar jumlah "besaran" bantuan sosial yang diberikan kepada masyarakat, bila perlu alokasikan anggaran yang tidak produktif untuk memberbesar jumlah bantuan soaial tersebut.

Bantuan itu jangan kita berikan pada saat kita membutuhkan mereka saja,  tetapi berikanlah bantuan itu justru pada saat mereka memang membutuhkannya. Sekali lagi mereka masih harus  berjuang sendiri untuk meraih kesejahteraan. Mereka harus dipandang dan ditempatkan sesuai dengan amanat Undang-undang, karena mereka merupakan bagian integral dalam membesarkan dan membangun negeri ini. Selamat berjuang!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun