Mohon tunggu...
AMI MUSTAFA
AMI MUSTAFA Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Apalah apalah, jangan ribet! aku sendiri sudah cukup ribet orangnya

Nulis suka-suka, tema suka-suka, konsistensi suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kondangan

25 November 2020   13:06 Diperbarui: 25 November 2020   13:20 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah Kondangan diambil dari kata Ke Undangan. Maksudnya pergi ke tempat yang memberikan undangan. Hajat tuan rumah dalam mengundang bisa macam-macam. Dari pesta pernikahan, acara seremonial akad nikah, khitanan, syukuran rumah baru, syukuran kelahiran anak, syukuran ngunduh mantu, peringatan kematian dari yang hari ketiga, ketujuh, ke empat puluh, ke seratus, seribu, aduh banyak pokoknya.

Emak-emak kalau sudah undangan menumpuk biasanya pusing memikirkan isi amplop. Memilih tidak datang bakal tak enak hati sama yang punya hajat apalagi kalau sering bertemu. Tapi kalau tidak diundang bakal mengomel di belakang. Ini fenomena yang biasa terjadi di kampung ku. Entah kalau di kampung kalian. Namanya juga di kampung kecil, lihat para tetangga beramai-ramai pergi kondangan sementara diri tidak dapat undangan rasanya jadi gimana gitu.

Pergi kondangan selain bersilaturahmi bagi beberapa orang terutama perempuan, juga jadi ajang pamer. Pamer penampilan. Duduklah manis-manis di kursi tamu, perhatikan tamu-tamu yang datang. Apalagi yang datang berkelompok. Mereka sudah bersepakat sebelumnya akan menggunakan baju apa, warna apa, pokoknya seragam. Minimal seragam warnanya. Malahan kadang seragam tas tangannya. Belum lagi make-upnya. Emak-emak yang biasanya cuma pakai daster, muka berminyak bisa tampil cetar glowing dengan alis melintang bak golok si Pitung, bibir merah mengkilap ditambah perhiasan berkilau bling-bling, sendal jungkir, yang kadang maksa banget pakainya tak peduli rumah yang dituju masuk ke gang sempit berbatu dan becek. Semua demi penampilan. Jarang-jarang lho tetangga kampung bisa lihat kita dandan dan lihat yang kita punya kalau bukan di kondangan.

Pokoknya kalau sudah musim kondangan rasanya senang lihat parade gaun pesta atau parade golok si Pitung di jalan depan rumah. Tak jarang sambil jalan kaki menuju tempat hajatan terdengar celotehan, cekikikan, gosip, menjadi musik pengiring parade tersebut. Pemandangan yang jarang terlihat di daerah perkotaan. Terasa sekali suasana pedesaannya yang kadang bikin kangen kampung halaman bagi para perantau.

Ada satu tipe kondangan jaman dulu yang sekarang agak sedikit bergeser. Kondangan bebantu. Acara bebantu ini adalah acara yang digelar sehari sebelum hari-H khususnya buat emak-emak. Kalau dulu yang namanya bebantu ini benar-benar isi acaranya membantu si tuan hajat mempersiapkan acara puncak. Biasanya yang menggelar acara bebantu ini saat acara pesta pernikahan. Yang dibantu adalah mempersiapkan makanan untuk pesta. Seperti memotong sayuran, mengupas bawang, mencuci daging atau ikan, mengiris buah-buahan dan lainnya.

Di hari bebantu emak-emak yang diundang akan datang pagi antara jam sembilan bahkan kadang lebih pagi lagi karena banyak pekerjaan yang akan dibantu. Setelah diterima oleh penerima tamu yang menyambut di depan rumah mereka diarahkan ke ruang tamu tempat tuan hajat menerima dan menemani tamu-tamunya menikmati suguhan kue-kue tradisional alakadarnya sambil ngobrol atau memperkenalkan calon pengantin yang akan menikah.

Setelah itu emak-emak akan bergeser ke tempat bahan makanan diolah. Membantu pekerjaan yang dikomandoi oleh emak panggung yang sudah ditunjuk saat penyusunan panitia pesta. Emak panggung adalah istilah untuk kepala tukang masak yang bertanggung jawab menyiapkan makanan di hari pesta. Suasana mengolah bahan makanan dan memasak terasa meriah dengan obrolan khas emak-emak. Dilanjutkan dengan makan siang bersama lalu kembali ke dapur sampai sore. Saat pulang mereka akan dibekali bingkisan berupa nasi dan lauk pauk yang diwadahi besek.

Kalau sekarang momen bebantu ini sudah tidak terlalu terasa lagi. Emak-emak yang datang setelah selesai disambut tuan hajat biasanya langsung pulang tanpa membantu di dapur. Kalaupun ada yang ke dapur beberapa orang hanya dari keluarga dekat saja. Waktu yang dihabiskan di rumah tuan hajat lebih sedikit daripada waktu dandan. Datang, ngobrol sambil makan cemilan lalu pulang dengan besek di tangan. Kalau dulu hal itu dianggap saru atau malah tidak sopan tapi sekarang sudah lebih dimaklumi. Diambil positifnya saja, si tamu sudah bersedia meluangkan waktu untuk datang menengok.

Kondangan dalam kehidupan sosial masyarakat desa intinya adalah cara menyambung silaturahmi. Yang biasanya sibuk dengan pekerjaan, dengan urusan rumah tangga, mengurusi anak, sibuk dengan masalah pribadi, sekali waktu berkumpul dengan tetangga, teman dan sanak kerabat dalam suasana gembira. Jangan pusing memikirkan masalah uang pengisi amplop karena yang punya hajat sudah cukup senang undangannya dihadiri. Berpenampilan menarik dan baik sah-sah saja asalkan tetap pantas dan tidak berlebihan. Jangan gara-gara pingin tampil cetar akhirnya bela-belain beli atau membuat gaun pesta baru padahal kantong lagi pas-pasan lalu tergoda untuk berhutang. Mengobrol dan bersenda gurau tanpa menyinggung perasaan orang lain. Jangan nanti sepulang kondangan malah jadi punya musuh gara-gara obrolan yang kebablasan. 

Pergilah kondangan dan bertemu banyak orang. Menebar aura positif dan mempererat tali persaudaraan. Sejenak melupakan segala keruwetan hidup dan pulang kembali ke rumah dalam suasana hati yang riang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun