Mohon tunggu...
AMI MUSTAFA
AMI MUSTAFA Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Apalah apalah, jangan ribet! aku sendiri sudah cukup ribet orangnya

Nulis suka-suka, tema suka-suka, konsistensi suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cenil Belajar Memaki

18 November 2020   21:51 Diperbarui: 18 November 2020   21:57 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi balita (dokpri)

Cenil bingung melihat orang ramai di rumah tempat tinggalnya yang biasa sepi. Ibunya terbaring kaku dan dingin di ruang tamu.

"Mana umi, Nil?" tanya kami padanya

"Mi bobo" jawab Cenil lugu.

Kami tertawa miris melihatnya. Cenil masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang terjadi. Yang dia tahu Ibunya sedang tidur. Tidur panjang yang lama. Untung selama ini Cenil lebih banyak tinggal bersama Mak Bijah jadi tidak terlalu terasa baginya saat Ulan tiada. Seorang adik Mak Bijah,  menggendongnya dan memberikannya pada Mira, Tantenya yang tinggal di belakang rumah.

"Cenil sekarang sama Mama Mira ya" katanya

"Mira, kau rawat Cenil baik-baik, Ia amanat yang dititipkan untukmu" lanjutnya pada Mira. Mira hanya mengangguk.

Sejak kepergian Ulan sikap Mak Bijah semakin kasar. Kekhawatirannya akan keadaan keuangan mereka membuatnya lebih mudah emosi. Kemarahannya seringkali tertumpah pada Cenil yang semakin besar bertumbuh semakin banyak kebisaannya. Bisa memerintah, bisa berkehendak dan bisa membangkang. Kalau ada kemauannya yang tidak dituruti Cenil akan menangis menjerit-jerit. Kadang kami sering serba salah membujuknya. Dibujuk, neneknya melarang, katanya nanti jadi manja. Kalau tidak dibujuk kami disebutnya tidak perduli.

Umur Cenil bertambah dan neneknya lebih keras lagi mendidiknya. Kalau marah mulai main tangan. Mencubit dan mendorong tubuh kecil itu bahkan pernah juga memukul kepalanya. Yang paling sering adalah mengumpat, memaki dan mengancam membuang Cenil. Kata-kata 'goblok', 'tolol' 'anjing' dan 'setan Lo ya' sungguh terasa berat buat anak balita seperti Cenil.

Aku dan beberapa teman tetangga sudah terlalu sering mengingatkan Mak Bijah agar jangan terlalu keras dan kasar pada Cenil, tapi tetap saja. Sudah watak Mak Bijah seperti itu jadi sulit diubah.

Andai Cenil anak kandung Ulan mungkin sikap Mak Bijah akan lebih baik. Kadang kami heran, kalau Mak Bijah keberatan mengurus Cenil kenapa tidak dikembalikan saja ke Panti asuhan atau biarkan adik-adiknya yang merawatnya. Tapi Mak Bijah tetap ngotot merawat Cenil walaupun sangat sering mengeluh keberatan. Membuat kami para tetangga curiga tentang siapa Cenil sesungguhnya. Sikap Mak Bijah seperti antara cinta dan benci pada Cenil. Apakah ada pertalian darah diantara mereka?

Akhirnya hal itu terjawab ketika Cenil akan dibuatkan akte kelahiran. Cenil adalah cucu kandung Mak Bijah dari sang paman yang sering menginap menemani mereka waktu Cenil masih bayi. Sang paman atau ayah biologis Cenil tak bisa merawatnya karena Cenil adalah anak hasil perselingkuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun