Mohon tunggu...
Anisa M. Fathiyah
Anisa M. Fathiyah Mohon Tunggu... -

An undergraduate student of Business Administration, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Biogas:Ketika Kotoran Sapi Tak Sekedar Menjadi Limbah

21 Desember 2014   18:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:48 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Bahan bakar minyak telah menjadi sebuah kebutuhan primer bagi manusia selain pangan, papan, dan sandang yang mampu mendukung jalannya kegiatan manusia dalam pemenuhan kebutuhannya. Namun faktanya, jumlah cadangan minyak bumi kini menipis dan produksi minyak bumi juga cenderung menurun. Jumlah cadangan minyak bumi Indonesia pada 2012 hanya mencapai 7,4 milyar barel, lebih sedikit dibandingkan 2011 yang mencapai 7,73 milyar barel. Penurunan juga terjadi di jumlah produksi minyak bumi. Pada 2012, total produksi minyak bumi hanya mencapai 314.666 ribu barel, terdiri dari minyak bumi 279.412 ribu barel dan kondesat sebesar 35.254 ribu barel, lebih sedikit daripada tahun 2011 yaitu 329.249 ribu barel, terdiri dari 289.899 ribu barel dan kondesat sebesar 39.350 ribu barel (Data Ditjen Migas). Persediaan minyak bumi yang semakin menurun di pasar juga tidak berimbang dengan konsumsi terhadap bahan bakar, khususnya konsumsi Liquid Petroleum Gas (LPG) yang tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Konsumsi Liquid Petroleum Gas pada 2010 mencapai 31.966 ribu setara barel minyak, lebih besar dibandingkan dengan konsumsi pada 2009 sebesar 25.259 ribu setara barel minyak.

Ancaman krisis energi ini membuat pemerintah Indonesia mengupayakan solusi untuk mengatasi kekurangan energi dengan menerbitkan Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2006 dan Peraturan Presiden nomor 5 tahun 2006 yang menegaskan supaya semua jajaran pemerintah, termasuk bupati, mendukung program nasional dalam mengantisipasi kelangkaan energi, yaitu pemanfaatan bahan bakar alternatif yaitu biofuel seperti biogas, biodiesel dan lain-lain. Bukan hal yang sulit sebenarnya untuk diterapkan di Indonesia, mengingat banyaknya sumber daya yang bisa diolah untuk dijadikan sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM. Salah satunya yang bisa dipilih adalah pengolahan biogas kotoran sapi sebagai pengganti dari LPG yang sehari-hari banyak digunakan khususnya oleh rumah tangga.

Salah satu daerah yang potensial untuk dijadikan wilayah pengembangan pengolahan biogas dari kotoran sapi ini adalah Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Sumenep, yang terletak di ujung timur Pulau Madura. Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah populasi sapi terbesar di Indonesia dimana populasi terbanyaknya sendiri berada di Kabupaten Sumenep sebanyak 345.095 di tahun 2013 (Data Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur). Pengembangan proyek biogas ini akan semakin potensial mengingat konsumsi LPG cenderung meningkat setiap tahun, berbarengan juga dengan kenaikan jumlah penduduk dan kenaikan harga BBM terutama LPG.

Jika pengolahan biogas dari kotoran sapi ini benar-benar dikembangkan secara serius, maka penduduk Kabupaten Sumenep yang memiliki ternak sapi di rumahnya tidak akan lagi perlu mengeluarkan biaya besar untuk konsumsi BBM. Melihat jenis instalasi pengolahan biogas yang dimiliki adalah fixed assets yang bisa digunakan untuk waktu yang lama, dan bahan bakar yang dihasilkan juga berasal dari hasil olahan sendiri, maka dapat dipastikan pengeluaran masyarakat dalam penggunaan bahan bakar alternatif ini akan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan menggunakan BBM. Selain dari segi ekonomis, biogas juga secara langsung mampu mengurangi ancaman krisis energi yang dihadapi Indonesia di tahun-tahun mendatang.
Ditulis oleh:
Anisa Mifrohatun Fathiyah, Revana Tri Damayanti, dan Jody Bhaskara
Mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Niaga, FISIP Universitas Indonesia, angkatan 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun