Mohon tunggu...
Cherry Meilany
Cherry Meilany Mohon Tunggu... Jurnalis - Ini isi apa

Hmmm

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jurnalis Cetak Vs Jurnalis Online dalam Perkembangan Jurnalisme Digital

15 Oktober 2018   16:37 Diperbarui: 15 Oktober 2018   16:48 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengantar

Di era milenial ini hampir semua kalangan menggunakan media elektronik yang terhubung dengan jaringan internet. Hal tersebut menimbulkan hasrat untuk berkomunikasi serta mendapatkan informasi yang semakin meningkat. Sebagai makhluk sosial berkomunikasi dilakukan dengan sesamanya, serta informasi kini merupakan kebutuhan manusia untuk menyatu dengan lingkungannya. Bahkan dalam kesehariannya, seseorag tidak bisa bila tidak membaca surat kabar atau membaca informasi dari portal media online. Dapat dilihat bahwa komunikasi memang telah menjadi pranata yang menyatu dalam kehidupan masyarakat.

Untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal, manusia memerlukan lembaga yang dapat memberikan berbagai macam informasi, yang kemudian informasi tersebut dapat digunakann manusia untuk menempatkan dirinya secara wajar dalam pergaulan dan perkembangan masyrakat di era milenial saat ini. Salah satu lembaga yang melayani kepentingan tersebut adalah pers. Pers memiliki empat posisi, yaitu sebagai media komunikasi, lembaga sosial, produk informasi berita, dan lembaga ekonomi. Keempat posisi ini memiliki aktivitas, fungsi, kewajiban, muatan isi, dan tujuan yang berbeda.

Pada artikel ini akan memfokuskan pada dua posisi pers. Pertama, media komunikasi yang aktivitas persnya menyalurkan informasi dari warga ke warga, dari negara ke warga, dan dari warga ke negara, fungsinya sebagai mediator, tujuannya menyeimbangkan arus infromasi, kewajibannya ialah tidak berpihak, dan muatan isinya bersifat factual. Kedua, produk informasi berita yang aktivitas persnya merekonstruksi semua kejadian dan ide yang penting untuk khalayak, fungsinya menyediakan informasi, tujuannya menghilangkan kecemasan informasi, kewajibannya ialah melayani hak mengetahui yang dimiliki khalayak, melayani hak menyatakan pendapat yang dimiliki khalayak, dan muatan isinya bersifat faktual.

Pers merupakan perpanjangan alat untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat akan penerangan, hiburan, dan keingintahuan terhadap peristiwa yang telah dan akan terajadi di sekitar manusia. 

Dalam kondisi yang seperti ini, pers senantiasa harus mengikuti kemajuan teknologi yang dicapai dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. (dalam Abrar, 2011). Sebagai media komunikasi, pers merupakan sinyal-sinyal yang memberi makna terhadap peristiwa kehidupan sehari-hari. Dengan demikian realitas yang ditampilkan oleh pers ialah yang bermanfaat bagi masyarakat.

Dilema Wartawan

Wartawan adalah sebutan lain dari para pemburu berita, juru warta, reporter, news gatter, dan lainnya. (dalam Hidayat. D. 2005). Pada artikel ini akan membahas aktivitas peliputan berita oleh wartawan media cetak pada era media baru yang berbasis teknologi. Teori yang digunakan yaitu situational theory Grunig dan Hunt dengan metode deskriptif Public Relations. Media baru saat ini yang berbasis pada teknologi yang terhubung dengan jaringan internet memudahkan tugas seorang wartawan tetapi juga mendorong wartawan untuk lebih aktif dalam membuat berita. Namun bagaimana dengan nasib wartawan surat kabar?

Dengan semua perkembangan itu, bentuk digital media massa dan jurnalisme macam apa yang bakal dilahirkan di era digital ini semakin penting untuk dibahas dan diperdebatkan. Media baru berbasis teknologi dijadikan sebagai rujukan karena dinilai lebih cepat dalam pemberitaan dibandingkan media lainnya. Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) mengubah perilaku individu dengan cepat. 

Karpf (2011:503) dalam (Hidayat. D. 2005) fenomena penggunaan forum diskusi seperti blog, jejaring sosial, dan microblogging genre media, semuanya pindah ke platform mobile. Wartawan surat kabar harus memutar otak serta menambah kreatifitas untuk tetap mempertahankan perusahaan media cetak yang tengah dijalani.

Dilansir dari Tempo.co, sepanjang 2015 sejumlah koran cetak memutuskan tutup dan beralih ke digital. Dua yang paling besar adalah koran Sinar Harapan dan Jakarta Globe. Hal tersebut menjadi kekhawatiran orang yang berada di dunia jurnalisme. Media baru telah masuk ke Indonesia dan menggantikan era cetak menjadi era digital tentunya dengan nuansa jurnalisme yang lebih menarik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun