Mohon tunggu...
Amethyst HasnaNurul
Amethyst HasnaNurul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

menggambar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keluarga sebagai Pendidikan Pertama bagi Anak

7 Desember 2022   11:42 Diperbarui: 7 Desember 2022   11:49 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan akan selalu dibutuhkan dan dipelajari sejak kita lahir sampai ajal menjemput. Tak hanya itu, pendidikan  sejak dini pada anak yang dibangun di lingkungan keluarga tak kalah pentingnya. Sebelum anak melangkah ke pendidikan formal, anak harus mendapatkan pendidikan dahulu di lingkungan keluarga, salah satunya yaitu pendidikan karakter. Tak jarang orang-orang memperhatikan ini dan menganggap bahwa pendidikan yang sebenarnya akan diajarkan di pendidikan formal, yaitu sekolah. Padahal, pendidikan yang sebenarnya tidak selalu harus berawal dari sekolah dan bisa dimulai sejak anak masih batita.

Peran orang tua sangat lah dipertimbangkan dalam menuntun anak usia dini agar mendapatkan pendidikan karakter yang baik, pendidikan yang akan anak bawa saat mereka berada di lingkungan masyarakat. Hal ini yang harus menjadi perhatian para orang tua karena anak akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarganya dibandingkan dengan sekolah. Pendidikan karakter bisa dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mengembangkan, mendorong, dan memberdayakan kepribadian positif melalui keteladanan, kajian (sejarah dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari) (Samani, 2012: 45).

Undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 Tahun 2003, Bab I Pasal 1 ayat 13, disebutkan "pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan." Kemudian dipertegas pada pasal 27 ayat 1 bahwa "kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri". Berdasarkan Undang-undang di atas, secara konstitusional keberadaan jalur pendidikan secara informal (pendidikan di dalam keluarga) menjadi kekuatan hukum yang legal formal.

Dalam praktiknya, para orang tua belum sepenuhnya melaksanakan pendidikan keluarga yang memiliki anak-anak di rumah. Alasan mengapa konsep pendidikan di dalam keluarga ini belum terlaksana disebabkan oleh banyak faktor yang seharusnya telah diberikan oleh orang tua, nyatanya belum optimal dipraktikkan dalam kehidupan keseharian para orang tua dalam mendidik anaknya di rumah. Menurut penulis, beberapa faktor yang dapat menyebabkan kurangnya pendidikan keluarga dalam rumah:

  • Desakan untuk ekonomi yang terpenuhi atau tercukupi. Kebanyakan orang tua sibuk untuk memenuhi ekonomi keluarga agar ekonomi tercukupi yang pada akhirnya waktu bersama anak pun sedikit. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya interaksi antara anak dan orang tuanya sehingga konsep pendidikan keluarga kurang terlaksana atau bahkan tidak terlaksana sama sekali.
  • Pemahaman akan peran dan tanggung jawab orang tua di rumah yang kurang. Hal ini bisa disebabkan salah satunya karena kurangnya pendidikan orang tua. Orang tua belum begitu memahami tentang apa saja yang menjadi kewajibannya di keluarga selain menafkahi anak-anaknya.
  • Peran sosial budaya masyarakat yang lemah dalam membangun kesadaran akan pentingnya pendidikan keluarga. Sering kali nilai-nilai edukasi di dalam ranah rumah tangga diabaikan oleh keluarga, dengan membiarkan anak-anak bermain dan bergaul tanpa pengawasan, kurangnya perhatian saat ia sedang berkomunikasi dengan sesamanya. Tak hanya itu, sikap apatis sebagian besar para orang tua terhadap tata krama pergaulan anak-anak di lingkungan bermain juga bisa menjadi penyebab lemahnya peran keluarga dalam sosial budaya.
  • Arus teknologi yang semakin maju. Tak jarang kita melihat anak-anak usia dini sudah bisa mengoperasikan telepon genggam dan hal ini disebabkan sikap orang tua yang ingin serba instan. Saat anaknya menangis, kebanyakan yang orang tua lakukan adalah memberikan anaknya telepon genggam agar anaknya kembali tenang. Hal ini dapat menyebabkan kebiasaan yang buruk pada anak dimana anak akan bergantung pada telepon genggam.

Konsep pendidikan karakter yang dikemukakan oleh Thomas Lickona (2005), menyatakan bahwa karakter yang baik meliputi memahami, peduli, dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai etika dasar. Pendidikan karakter memiliki peran membantu siswa dan komunitas sekolah untuk memahami nilai-nilai yang baik dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai tersebut. Ia mengatakan, "Good character consists of understanding, caring about, and acting upon core ethical values. The task of character education therefore is to help students and all other members of the learning community know "the good," value it, and act upon it." Pendidikan karakter tidak hanya sekedar membiasakan anak untuk berperilaku baik, tetapi lebih dari itu, yaitu membentuk pikiran, watak, dan perilaku yang baik.

Perlunya memperkenalkan pendidikan karakter kepada anak sejak usia dini mengingat perlakuan yang diberikan kepada anak di usia dini akan terpateri kuat di dalam diri anak. Karakter yang diperkenalkan meliputi nilai-nilai universal dan nasionalisme melalui cara-cara sederhana yang mudah dilakukan anak. Pembentukan pendidikan karakter pada anak usia dini merupakan waktu yang tepat untuk membentuk karakter mereka. Apalagi mereka sedang berada di fase pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini yang kemudian akan menjadi penentu bagi sifat-sifat atau karakter anak di masa dewasa.

Dapat disimpulkan bahwa pentingnya pendidikan pada anak usia dini di dalam lingkungan keluarga. Pendidikan yang dapat diajarkan dalam keluarga yaitu pendidikan karakter yang semestinya dibangun sejak awal agar anak tak kebingungan dan kehilangan arah saat kelak menginjak lingkungan masyarakat. Pendidikan karakter yang diberikan pun tidak bisa sembarangan dan perlunya teori-teori dari ahlinya. Karakter yang diperkenalkan meliputi nilai-nilai universal dan nasionalisme melalui cara-cara sederhana yang mudah dilakukan anak.

Pembentukan karakter pada usia dini sangat lah tepat karena anak sedang berada di tahap perkembangan dan pertumbuhan yang dimana akan menjadi penentu bagi sifat-sifat atau karakter anak di masa dewasa. Pendidikan karakter juga mempunyai peran yang penting untuk kemudian anak memasuki pendidikan formal, yaitu sekolah.

Orang tua harus lebih banyak belajar mengenai pentingnya pendidikan karakter yang dibangun sejak dini di lingkungan keluarga. Kurangnya perhatian orang tua pada anak dapat membuat anak bersikap terlalu bebas sampai tidak memperhatikan norma-norma yang ada. Selain itu, orang tua perlu mengetahui tentang apa saja yang menjadi kewajibannya di keluarga selain menafkahi anak-anaknya. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu mengawasi anak saat bermain dan memperhatikan anak saat ia sedang berkomunikasi dengan sesama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun