Di satu sisi, seseorang yang memang memiliki keinginan kuat untuk memperkosa pun dapat memaksa tanpa harus membuat korbannya mabuk terlebih dahulu. Ia pun secara sadar mampu memahami bahwa hubungan seksual akan terjadi dengan penolakan, sehingga pelaku sadar untuk membuat korbannya terluka atau tidak mampu melawan saat hubungan seksual terjadi.
Kepribadian Pemerkosa  Â
Baru-baru ini, dikenal bahwa sebenarnya manusia memiliki "kepribadian gelap" atau disebut Dark Triad. Kepribadian ini dicirikan dengan adanya kesombongan dan sikap egois (Narsisistik); tindak manipulasi dan sinisme (Machiavellianisme); serta sikap sosial yang tidak berperasaan/sadis dan impulsif (Psikopat).Â
Umumnya, pemerkosa seringkali didiagnosis mengalami gangguan kepribadian anti-sosial atau psikopat (Gannon et al., 2008), yang juga nampak dalam kepribadian Dark Triad ini.
Selain itu, dari banyak penelitian, narsisistik terkait erat dengan penerimaan mitos terhadap perkosaan, karena kepribadian ini ditandai dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi, pemujian yang berlebihan terhadap diri sendiri sehingga ia cenderung mengabaikan perasaan orang lain dan merasa memiliki hak atas segala hal, seperti berhak melakukan hubungan seksual terhadap siapa saja.Â
Sedangkan kepribadian psikopat berhubungan kuat dengan paksaan seksual, yang mana ditandai dengan kecenderungan seseorang untuk bersikap agresif, impulsif, dan tidak bertanggung jawab.Â
Hal ini didukung dengan banyaknya fakta bahwa umumnya pemerkosa melakukan paksaan dan kekerasan tanpa berpikir jangka panjang untuk sesegera mungkin memenuhi hasrat mereka, yangmana seringkali diakhiri dengan penyesalan.Â
Lebih lanjut, Machiavellianisme terkait dengan sifat licik, manipulatif, dan bermuka dua yang sering muncul pada pelaku-pelaku pemerkosaan, seperti berjanji membelikan permen atau uang pada korbannya (pada kasus pedofilia).Â
Dark Triad juga memfasilitasi strategi eksploitatif dalam mencari pasangan, yang dibuktikan bahwa trait kepribadian ini memiliki andil dalam suksesnya eksploitasi seksual melalui penipuan, yang ditunjukkan dengan hubungan interpersonal yang agresif, manipulatif, fantasi seksual yang menyimpang, serta rendahnya empati yang dimiliki pelaku pemerkosaan (Jonason, Lyons, Baughman, & Vernon, 2014).Â
Tak jarang, Dark Triad dikaitkan dengan orang yang tidak diinginkan secara sosial dan memiliki masalah hubungan interpersonal. Kurangnya empati dan berprinsip pemuasan kebutuhan atau tujuan menjadikan orang dengan kepribadian Dark Triad yang tinggi cenderung untuk memanipulasi dan mengeksploitasi orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.Â