Mohon tunggu...
ameliana t p novianti
ameliana t p novianti Mohon Tunggu... Guru - GURU KOMPETENSI KEAHLIAN MULTIMEDIA/DKV SMK

Bertugas di SMK Negeri 1 Simpang Katis Kab. Bangka Tengah Prov. Kepulauan Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Demokrasi Menderu dan Milenialpun Melaju

19 April 2019   07:37 Diperbarui: 19 April 2019   13:32 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biasanya milenial influencer memiliki fans fanatik yang bersedia melakukan apa saja demi sang idola sehingga milenial influencer ini memanfaatkan popularitasnya untuk meningkatkan partisipasi pemilih dalam pesta demokrasi yang diselenggarakan setiap lima tahunan. Utamanya yang sesuai dengan pilihan politik influencer yang bersangkutan.  

Milenial infulencer yang mengumumkan ke publik pilihan politiknya antara lain: Nisa Sabyan, Pevita Pearce, Fauzi Baadilla, Pasha Ungu, Moreno Suprapto, Tompi, Cha-Cha Frederica, Vicky Shu, Rachel Maryam, Tommy Kurniawan, Gading Martin, Giring Nidji, Kirana Larasati, Nafa Urbach, Tina Toon, Angel Karamoy, dan masih banyak lagi. Walau mereka go publik atas pilihan politik, mereka tetap mengedepankan sikap dan perilaku baik dalam membidik para fans agar mereka tertarik.

Menjagokan pilihan masing-masing membuat beberapa milenial tak elok dalam berdialog. Mereka ini sengaja ingin membuat harga diri lawan bicara terjun bebas menukik atau malah bak kekasih yang diselingkuhi karena kehilangan daya tarik. Karakteristik siwer seperti ini adalah satu dari tipikal milenial terakhir dalam pesta demokrasi yakni milenial follower. Di dalam follower ada milenial yang mungkin bisa dikatakan berkualitas abal-abal. 

Mereka ini harus secepatnya menyadari bahwa sejatinya reformasi memang membolehkan milenial untuk tidak netral namun tetap harus mengedepankan pemikiran bahwa mereka bukanlah yang paling benar. Sejatinya tak semua milenial follower masuk dalam kategori milenial berotak ceper. 

Ada banyak juga milenial follower yang berotak super yang masih merawat akal sehat dan menjaga akal budi agar otak tak ikutan geser. Gosip busuk di sosial media dan kabar buruk di mass media disikapi dengan jumawa sembari tertawa, hal itu tak akan membuat mereka terbawa suasana dan tetap mengasuh kewarasan jiwa.

Demokrasi menderu bukan karena komponen ego dalam diri milenial yang aus saling beradu. Namun karena milenial sadar knalpot racing mawas diri harus dipasang di tiap-tiap pribadi dan menyadari itu menjadi bagian yang penting agar tak mudah digiring. 

Wahai milenial, apapun identitas demokrasi dirimu yang publik kenal, entah itu influencer, trendsetter, atau follower yang terpenting adalah sikap santun berdemokrasi, tanpa anarki, tanpa memaki, tanpa menghakimi, dan tanpa merasa pilihan yang diri ini pilihi adalah pilihan yang memiliki derajat kebenaran paling hakiki. 

Teruntuk milenial berkualitas imitasi yang dengan mudahnya bisa digoyang sana sini tatkala membaca informasi yang tak tervalidasi dalam pesta demokrasi, hendaknya segera menyadari bahwa setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan tak terkecuali orang yang mencalon diri menjadi pemimpin negeri ini.

Salam lima jari dari kami para milenial masa kini (Dokpri)
Salam lima jari dari kami para milenial masa kini (Dokpri)

Demokrasi semakin terus menderu dan milenial pun siap melaju, pastikan sabuk pengaman dalam diri terpasang tepat dan rapi jali. Gass poll untuk demokrasi tanpa mendominasi ala milenial penuh toleransi. Salam Pancasila sakti, salam 5 jari, salam demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun