Mohon tunggu...
ambuga lamawuran
ambuga lamawuran Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengarang

Menulis novel Rumah Lipatan, novel Ilalang Tanah Gersang dan antologi cerpen Perzinahan di Rumah Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Beiwali, Ada Sumber Air tapi Krisis Air

30 Mei 2019   23:13 Diperbarui: 30 Mei 2019   23:37 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kali yang berada di sekitar Desa Beiwali | Dokpri

Pernah, katanya, penyaluran air bersih itu berhasil masuk ke Desa Beiwali. Tapi tak bertahan lama. Yang bertahan sampai sekarang adalah mandek dan tidak berfungsinya semua hal yang dibangun untuk warga tersebut.

Yang terjadi kemudian, warga Beiwali harus membeli air tangki yang dijual. Jika musim hujan, warga terpaksa harus meminum air hujan yang ditadah. Tentu agak berlebihan juga menggunakan kata "terpaksa" dalam konteks ini, karena mereka melakukan itu tiap tahun tanpa ada satu paksaan, dan justru mereka bersyukur masih bisa menggunakan air tadahan tersebut.

Jika hujan turun dari bulan Desember sampai bulan April, maka sekitar empat bulan mereka tidak perlu membeli air. Untuk antisipasi menghadapi krisis air ini, mereka membangun bak penampungan air untuk menampung air selama musim hujan, yang akan digunakan sewaktu usai musim hujan.

Namun, tentu saja air tadahan itu tak bertahan lama.

"Tergantung besarnya bak dan pemakaian. Kalau ukuran bak tidak terlalu besar, belum satu bulan airnya sudah habis. Untuk makan, minum, cuci, dan lainnya," ujarnya.

Dengan tutur yang masih bersahaja dan bersahabat, ia kemudian menggambarkan bahwa krisis air bersih menjadi satu faktor kemiskinan di Desa Beiwali. Dalam setahun saja, satu keluarga harus mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk membeli air, yang hanya dipakai dalam kurun waktu lima sampai enam bulan.

Angka jutaan rupiah itu akan menjadi angka yang sangat besar, jika dijumlahkan dengan banyaknya jumlah keluarga di Beiwali, yakni 372 KK.

Tahun 2017, total pengeluaran seluruh KK di desa ini untuk membeli air bersih mencapai 750-an juta rupiah.

"Bayangkan kalau setiap tahun," kata Nikolaus dengan tenang.

Warga Desa Beiwali | Dokpri
Warga Desa Beiwali | Dokpri
Sebagai kepala desa, ia tentu punya jalan keluar. Dibangunlah bak penampung air. Tahun 2018, ada anggaran dana desa dialokasikan untuk pembangunan bak penampung air sebanyak 32 unit, dan sudah dinikmati. Tahun 2019, mereka pun mengalokasikan dana untuk pembangunan 60 unit bak penampung.

"Banyak bak yang dibangun oleh pemerintah tapi tidak terisi air. Karena memang air tidak ada," jelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun