Mohon tunggu...
Ambrosius Suryawan
Ambrosius Suryawan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Mahasiswa FISIP UAJY

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ngonthel Sebuah Subkultur

23 Maret 2021   22:18 Diperbarui: 23 Maret 2021   22:46 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://medium.com/

Era globalisasi seperti sekarang ini mampu memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap cara seseorang mengambil sikap atas suatu fenomena. Derasnya arus globalisasi dapat dilihat dari semakin dinamisnya perkembangan kebudayaan di masyarakat akibat dari pertukaran budaya antar negara yang nantinya memicu timbulnya subkultur-subkultur. Fenomena subkultur ini merupakan bentuk perlawanan atau sudut pandang lain terhadap budaya-budaya mainstream yang sudah dominan di mayarakat. Di Indonesia yang merupakan negara pluralis sangat memungkinkan tumbuh budaya subkultur sebagai contoh komunitas punk, komunitas vegetarian dan komunitas sepeda kebo.

Pada artikel ini penulis lebih berfokus pada komunitas sepeda kebo sebagai bentuk subkultur yang muncul di masa globalisasi. Mengapa bisa disebut sebagai subkultur? Melihat dari konsep dasar komunitas sepeda kebo ini berawal dari budaya ramah lingkungan, melakukan aktivitas yang mengurangi polusi udara dan budaya hidup sehat yang sudah popular di masyarakat. Lantas komunitas ini memilih gaya hidup klasik dengan menggunakan sepeda onthel yang bertema alat transportasi klasik.

Budaya ngonthel (bersepeda dengan sepeda kebo) yang dilakukan oleh komunitas ini merupakan bentuk perlawanan, budaya tandingan (counter culture) terhadap budaya mainstream atau dominan. Budaya dominan yang dimaksud disini adalah budaya ramah lingkungan yang selama ini sudah popular di kalangan masyarakat seperti melakukan aktivitas dengan alat transportasi yang tidak menyebabkan polusi udara, dan melakukan aktivitas sehat. Bentuk perlawanan budaya mainstream yang dilakukan komunitas sepeda kebo tidak se-ekstrim komunitas punk, komunitas music underground melainkan memberikan contoh motivasi kepada masyarakat terlebih generasi muda agar tidak melupakan budaya lokal yang ditampilan dengan penggunaan sepeda kebo dan pakaian tempo dulu. Perlawanan pada budaya dominan dalam komunitas ini dapat dilihat dari semangat anggota komunitas untuk menggunakan sepeda kebo dan juga pakaian bernuansa klasik ketika menghadiri acara temu bersama atau kirap sepeda.

Komunitas sepeda kebo sebagai subkultur budaya ramah lingkungan mempunyai ideology ke-Indonesiaan yang sudah berkembang yaitu ideologi persatuan dan nasionalisme. Ideologi nasionalisme ditemukan pada keinginan anggota komunitas dalam menggunakan sepeda kebo dan pakaian tempo dulu sebagai bentuk menjaga eksistensi dan melestarikan budaya jaman dulu Indonesia.

Fenomena budaya komunitas sepeda kebo ditengarai sebagai wujud subkultur di era globaliasi yang merupakan gaya hidup dalam pembentukan identitas hibrida. Gaya hidup komunitas ini merupakan resistensi terhadap budaya modern yang perlahan menghilangkan budaya lokal. Komunitas sepeda kebo sebagai bentuk budaya tandingan (counter culture) terhadap budaya popular yang telah dibawa era globaliasi.

Daftar Pustaka

Ryan, Michael. (2010). Cultural Studies: A Practical Introduction. UK: Wiley-Blackwell.

Storey, John. (2015). Cultural Theory and Popular Culture: An Introduction (7th ed). London: Routledge, Taylor & Francis Group.

Idntimes.com (2020, Agustus 6). Komunitas Sepeda Ontel Ingin Yogyakara Kembali Bersepeda.

Pariyanto. Makna dan Ideologi Komunitas Sepeda Kebo di Surabaya Dalam Kajian Subkultur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun