Mohon tunggu...
Shita R.Rahutomo
Shita R.Rahutomo Mohon Tunggu... Administrasi - perempuan penyuka traveling, seni, masak dan kuliner juga hujan

Officer, menulis, gila baca, traveling, blogger, makan dan masak enak, ingin jadi ibu yang baik dan bermanfaat bagi sesama, pemimpi,

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pengutang yang Lebih Galak dari Macan

9 Juli 2018   15:42 Diperbarui: 9 Juli 2018   15:45 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
HIndari berhutang untuk keperluan konsumtif Ilustrasi by Shita R

"Waktu pinjem saja nyembah-nyembah..eeh...giliran bayar ditagih galaknya kayak macan.." gerutu temanku saat diPHP pelunasan uangnya yang sudah tak terbayar berbulan-bulan tanpa kejelasan.

Pasti sering kan....membaca status senada terkait susahnya menagih hutang. Padahal sebagai mahluk sosial yang membutuhkan orang lain kita harus jaga baik-baik hubungan dngan orang lain. Ya kan?

Ada kalanya kita memberi ada kalanya kita menerima. Begitulah hukum alam, tak mungkin terus menerima karena hidup adalah keseimbangan. Kalau hanya menerima kita jadi mahluk tak peka dan egois. Tidak mau berusaha dan akhirnya terbiasa mengandalkan orang lain. Pun sebaliknya. Jika kita selalu memberi,...."Hayati bakalan lelah lahir batin Baaang."

Memang baik sih terus memberi tapi ingat looo..kita juga punya tanggungan bukan? Yang orang tua punya tanggungan hidup hingga anak-anaknya hingga dewasa dan mandiri. Yang anak pun punya tanggungan membiayai kebutuhan saat orang tua telah renta.  Jangan sampai kita malah  bersikap tak adil pada keluarga seendiri. Begitulah keseimbangan membuat hidup lestari.

Nah.... bicara soal tolong menolong pasti semua sudah tak asing dengan istilah hutang. Tapi di sini akan dibatasi khusus terkait hutang piutang uang. Bukan hutang budi. Wah...ini kalau hutang budi mah berat. Hanya orang-orang yang mumpuni sajalah yang bahas nanti, jangan saya. Apalagi Dilan yang baru SMA. Ga akan kuat  hehe. Kenapa? Karena hutang budi akan terbawa sampai mati.

Ada saatnya kita jadi peminjam namun ada saatnya pula kita yang meminjami. Saya pribadi berusaha sekuat hati membatasi diri untuk tidak berhutang pada siapapun kecuali ketika sudah tak ada pilihan lain. Itupun sebisa mungkin sertakan jaminan agar memberi rasa aman bahwa uangnya akan kembali.

Tak sedikit persaudaraan dan persahabatan yang hancur karena beda pendapat dalam pilkada, eh...maksud saya karena masalah hutang piutang ini. Jadi sebelum masalah hutang piutang ini menjadi penyebab perang dunia ketiga di ranah RT/RW, mari kita bahas beberapa hal yang terkait adab atau sopan santun dalam berhutang yang saya sarikan poin-poinnya dari Al Quran dan Hadist yang shahih.

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan Hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mendektekan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari hutangnya."(QS. al-Baqarah: 282).

Dari ayat di atas bisa disimpulkan adab berhutang.

Sopan Santun Bagi Pihak yang Berhutang

1. Jika hutang dalam jumlah relatif besar, misalkan 1 juta ke atas (buat saya cukup besar, mungkin nominal tersebut buat orang lain hanya sekedar uang jajan) dan jika hutang tersebut akan berlangsung dalam jangka waktu cukup lama (lebih dari seminggu) atau misalkan hutangnya dibayar secara bertahap, bagi keamanan dan kenyamanan 2 pihak, buatlah surat perjanjian hutang masukkan klausul yang disepakati. Meski tak perlu ke notaris tapi kedua belah pihak wajib menandatangai di atas materei terkait pernyataan hutang tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun