Mohon tunggu...
Shita R.Rahutomo
Shita R.Rahutomo Mohon Tunggu... Administrasi - perempuan penyuka traveling, seni, masak dan kuliner juga hujan

Officer, menulis, gila baca, traveling, blogger, makan dan masak enak, ingin jadi ibu yang baik dan bermanfaat bagi sesama, pemimpi,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesadaran Pribadi adalah Motor Gerakan Budaya Bersih dan Senyum Indonesia

9 Oktober 2016   23:00 Diperbarui: 9 Oktober 2016   23:46 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak seperti kebiasaan kita yang membiarkan sampah menggunung dulu hingga busuk, berulat atau berbau, setiap hari mereka buang sampah pada tempatnya dan petugas kebersihan akan mengangkutnya pada waktu yang sama. Tak ada pemandangan sampah menggunung atau bau busuk yang memeningkan kepala.

Rumah-rumah bersih dan artistik di Italia. Unik dan cantik. indah dipandang, nyaman ditempati.  Dan para penghuninya peduli tempat tinggalnya. Masing-masing punya tugas dan tanggung jawab dalam keluarga. Jika sudah ada yang bertugas masak, yang lain bertugas menyiapkan meja hidangan, menata peralatan makan. Selesai makan bersama, tanpa diminta masing-masing bantu beberes. Membersihkan piring dan gelas, merapikan meja atau membuang sampah. Ruangan kembali rapi. Tanpa diingatkan, tanpa menunggu bantuan asisten rumah tangga. Karena cuma orang yang benar-benar kaya yang mampu bayar pembantu. Begitupun masalah bersih-bersih kamar. Masing-masing tanggung jawab pemilik kamar. Bangun tidur kamar dtata dan dirapikan. Ketika semua penghuni rumah keluar untuk aktivitas masing-masing, rumah ditinggal dalam keadaan bersih dan saat pulang ke rumah, mereka menemukan rumah yang rapid an nyaman untuk melepas lelah.  Rasa nyaman membuat orang terpelihara “mood”nya dan itu berdampak langsung ketika sosialisasi dalam keluarga. 

Di kelas, di kantor, di terminal, di bandara, di subway, di pinggir jalan dan di taman-taman orang-orang dengan kesadarannya sendiri menjaga agar tak membuang sampah sembarangan, jika ada sampah tercecer dimasukkannya ke tempat sampah, tidak merusak fasilitas umum yang dibiayai Negara dengan uang pajak mereka. Jika berjalan di tangga atau jalan, tidak memenuhi seluruh ruang tapi menyisakan orang lain yang terburu-buru untuk bisa lewat dengan mudah. Mengantri tanpa diminta untuk semua pelayanan, mendahulukan yang darurat, tak menempati kursi yang diprioritaskan untuk lansia atau ibu hamil, tidak menyerobot  toilet dan ruang parkir untuk difabel, karena memang bukan hak mereka untuk menggunakannya.  

Bersikap tertib dan disiplin ada di mana-mana. Meski sebagian besar bersikap individualistik, tidak mau mencampuri urusan orang lain tapi rata-rata juga tidak ingin menjadi orang yang merugikan orang lain, karena mereka menyadari, mereka juga tak ingin dirugikan orang lain.

Sebenarnya masyarakat Indonesia sangat bisa membentuk sikap peduli lingkungan yang bersih, indah dan teratur seperti di negara maju. Contohnya desa panglipuran di Bali yang ditetapkan PBB sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Jika satu desa  kompak melaksanakannya, bukankah tak mungkin satu daerah virus sadar kebersihan lingkungan ini ditularkan? Ketika melihat satu daerah yang bersih, rapi, indah dan nyaman, semoga memotivasi masyarakat daerah lain beserta kepala daerah dan jajarannya untuk bertekad meningkatkan kualitas lingkungannya. 

Ternyata warga desa Panglipuran bisa membuktikan bahwa rakyat Indonesia selain ramah dan murah senyum juga adalah negara yang cinta kebersihan! Maka desa Panglipuran bisa menjadi contoh dari Gerakan Budaya Bersih dan Senyum yang dilaksanakan secara serentak oleh Kemenko Maritim. Alangkah bagusnya jika virus positif seperti ini disebarluaskan pada masyarakat Indonesia agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungannya.

Jadi dari mana kita mulai untuk menjadi lebih sadar lingkungan dengan turut serta menjaga kebersihan, kerapihan, ketertiban dan keramahan?

Dari diri kita sendiri! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun