Mohon tunggu...
Shita R.Rahutomo
Shita R.Rahutomo Mohon Tunggu... Administrasi - perempuan penyuka traveling, seni, masak dan kuliner juga hujan

Officer, menulis, gila baca, traveling, blogger, makan dan masak enak, ingin jadi ibu yang baik dan bermanfaat bagi sesama, pemimpi,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rahasia Tersimpan di Museum Proklamasi

15 Agustus 2014   21:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:27 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelajaran IPS sedang sampai tema Persiapan Kemerdekaan Indonesia, karena dekat dengan lokasi sekolah kami memutuskan mengadakan fieldtrip ke Museum Proklamasi yang terletak di Jl. Imam Bonjol no 1 Menteng Jakarta Selatan pada hari Sabtu 24 Mei 2014. Museum buka dari hari Selasa - Minggu dari jam 09.00-16.00 WIB. Tiketnya sangat murah, Rp 500 untuk siswa dan Rp 2000 untuk pendamping. Murah sekali, bukan? Saya ingin sekali, suatu saat nanti, museum selalu ramai oleh pengunjung yang ingin belajar sejarah seperti di luar negeri.

Museum Proklamasi dulu merupakan rumah dinas Laksamana Maeda, yang atas ijin Ahmad Soebardjo, yang merupakan pegawai bawahan Laksamana Maeda meminta ijin mengadakan rapat untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Pada masa itu, jika sejumlah orang berkumpul mengadakan pertemuan harus minta ijin dulu pada keamanan Jepang dan berlaku jam malam. Laksamana Maeda menyakinkan para tamunya antara lain Ir Soekarno, M.Hatta, M Yamin, BM Diah dll bahwa ia akan menjamin keamanan para tamunya.

14080855231693322358
14080855231693322358

Rapat persiapan proklamasi menghasilkan konsep proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno dan diketik oleh Sayuti Melik. Ada info menarik. Sayuti Melik sempat membuang konsep proklamasi tulisan tangan Soekarno itu ke keranjang sampah, untunglah BM Diah menyadari arti penting benda bernilai sejarah. Naskah itu dipungutnya lagi. Jadilah naskah tersimpan rapi sampai sekarang.

Sayangnya, meubel-meubel asli pada masa itu sudah berganti dengan replikanya. Begitulah kelemahan bangsa Indonesia, kita tak merawat barang-barang bernilai sejarah tinggi. Kini meubeul-meubel itu ditidak diketahui keberadaannya. Di museum ini kita bisa membayangkan situasi saat itu. Dapur, kamar mandi, tempat tidur beberapa sudah direnovasi namun masih ada yang sesuai bentuk aslinya.

Terdiri dari dua lantai, bangunan ini dipelihara dengan baik. Kami datang ketika sedang ada renovasi. Para petugas menyambut kami dengan ramah. Ah, di lantai bawah ada satu rungan yang disediakan untuk melihat film dokumenter sekitar peristiwa Proklamasi. Laksamana Maeda akhirnya dipanggil pulang ke Jepang, beliau dianggap sebagai pengkhianat karena membantu Indonesia merdeka. Laksamana Maeda sempat berkunjung ke Indonesia dua kali setelah Indonesia merdeka.

Di museum ini juga disimpan beberapa barang para tokoh-tokoh nasional yang hadir pada persiapan proklamasi saat itu. Seorang murid sempat bertanya, jika Ahmad Soebardjo, termasuk juga Soekarni memiliki jasa yang besar dalam kemerdekaan Indonesia, mengapa tak banyak nama jalan dan tempat yang mengabadikan nama mereka sebagai bentuk penghormatan?  Kemungkinan karakter Sukarni yang kerasa membuat beliau agak susah beradaptasi dengan tokoh yang lain. Mungkin itu yang membuat beliau tak banyak terlibat pada peristiwa sejarah selanjutnya. Yah,... itulah hidup. Kita tak tahu siapa yang terpilih sejarah untuk menjadi besar dan siapa yang harus meredup meski jasanya besar. Sebagai orang yang menyukai sejarah, saya merasa kurang waktu untuk mengetahui semua fakta-fakta unik di balik museum Proklamasi. Sayang waktu tak memungkinkan.

1408086650411812582
1408086650411812582

Oh ya, di bawah museum proklamasi ini ada terowongan bawah tanah yang menghubungkan dengan kantor Pajak atau apa ya (saya lupa) yang masih berada di sekitar Taman Menteng. Kedua terowongan itu bersambung dan katanya terowongan ini bersambung dengan Monas dan digunakan untuk melarikan diri jika ada penyerangan. Pernah seorang petugas baru museum di era pemerintahan Soeharto, menelusuri terowongan ini dan menemukan sebuah jalan yang buntu, ditutup dengan semen dan karena rasa penasaran, ia membobol tembok semen buatan itu dan tarraaa...... ternyata menjadi tempat penyimpanan emas! Ia mengambil beberapa batang emas dan memperlihatkan pada para petugas. Tak lama kemudian, petugas baru itu sudah tak pernah dilihat bertugas di museum proklamasi lagi. Llu kemana dia? Tak seorangpun berani menanyakan keberadaannya. Apakah ia masih hidup dan baik-baik saja atau ada sebuah kejadian tak terduga? Wallahualam bissawab .

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun