Mohon tunggu...
Amas Mahmud
Amas Mahmud Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi

Melihat mendengar membaca menulis dan berbicara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka dari Hegemoni Kelas

16 September 2022   10:22 Diperbarui: 19 Oktober 2022   14:10 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka yang kuat dalam segala hal, mempermainkan, merendahkan, dan memerintahkan yang lemah dalam segala urusan. Tapi, apalah daya mereka yang belum berkesempatan kaya raya. Atau mereka yang tidak ditakdirkan Tuhan menjadi kaya raya, akhirnya pasrah. Menjalani hidup apa adanya, tanpa obsesi.

Lepas dari hegemoni diperlukan keberanian. Sebab, tidak mudah konsekuensi-konsekuensi yang datang padanya. Melakukan perlawanan kelas memerlukan alat dan modalitas yang kuat pula. Rumusnya untuk melawan kapitalisme, arogansi, kesombongan harus dengan cadangan kekuatan lahir batin.

Agar supaya perlawanan berhasil. Kecongkakan dapat dilawan. Bahkan dipermalukan dengan kekuatan rakyat jelata. Karena kapitalisme dekat dengan kekuasaan, maka kekuatannya begitu super power. Mereka punya keunggulan lebih. Penguasa atau elit yang mengendalikan kekuasaan, juga dekat dengan kemewahan.

Di sana melekat kesombongan. Sehingga ada rasa dan perasaan merendahkan orang lain juga dipelihara di dalamnya. Kalau kita benar-benar Anti Penindasan, perlu diperkuat basis ekonomi. Jangan terus-menerus mengabdi pada ketidakpastian. Absurditas akan selamanya membawa kita pada bayang-bayang penaklukan. Nihilisme.

Kita berada dalam ruang abstraksi, yang pada kenyataannya tidak semanis yang kita bayangkan. Realitas kegamangan. Kita akan menjadi manusia dependen. Sukar menjadi independen. Bagaimana cara bangkit, maju?. Berarti segera bersikap dan tunjukkan keberpihakan, mengambil langkah revolusioner.

Karena yakinlah, baik secara ekonomi, sosial, dan relasional, kita tidak akan pernah maju dalam ruang interaksi yang intoleran. Tidak berimbang. Seperti menempatkan, menguatkan dimana posisi tuan dan budak. Hubungan interaksi yang sudah pasti tidak sehat jika. Idealnya, ruang pengabdian tidak tersekat pada bos dan anak buah. Itu kurang bermartabat, dan akan menjadi toksik.

Inilah yang saya sebut hegemoni kelas. Hanya merusak sendi perkawanan dan kekeluargaan. Merendahkan sinergi kolaborasi. Meniadakan apa yang namanya egaliter. Jangan sampai kita menjadi pelaku hegemoni kelas. Ataupun menjadi tumbal dari hegemoni. Insya Allah, hal yang demikian hanya terjadi di era kerajaan. Tidak terjadi pada hidup keseharian kita saat ini.

Ingat ekspektasi kita ialah lahirnya harmonisasi hidup. Tidak boleh menjadi penindas. Tidak boleh juga mau ditindas, atau pasrah sebagai yang tertindas.

Generasi kita hadir dengan senyum penuh harapan. Memperjuangkan narasi, kebenaran, keadilan, dan prinsip kemanusiaan yang selama ini kita genggam, yang kita telah yakini bahwa itu benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun